"Baterai mobil listrik dapat digunakan untuk menstabilkan jaringan energi dengan mengisi baterai pada saat pasokan berlebih, dan menjual listrik kembali ke jaringan pada saat pasokan listrik dari angin dan tenaga surya rendah," kata Jost yang dikutip dari Reuters, Jumat.
Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa, pada tahun 2025 kita akan memiliki penyimpanan energi senilai 350 gigawatt yang kita miliki melalui armada mobil listrik kita. Antara 2025 dan 2030 ini akan tumbuh hingga 1 jam penyimpanan terawatt.
"Itu lebih banyak energi daripada yang saat ini dihasilkan oleh semua pembangkit listrik tenaga air di dunia. Kami dapat menjamin bahwa energi akan digunakan dan disimpan dan ini akan menjadi area bisnis baru," tambah Jost
Dalam pengembangan ini, pembuat mobil Jerman tidak sendirian dalam memandang bidang ini. Perusahaan utilitas E.ON dari Jerman telah bekerja sama dengan produsen mobil Jepang, yaitu Nissan untuk mengembangkan apa yang disebut dengan layanan kendaraan-ke-jaringan (V2G).
Volkswagen meluncurkan mobil listrik ID: 3 tahun ini. Versi dasar kendaraan itu dihargai kurang dari 24.000 euro di Jerman, setelah keringanan pajak mobil ramah lingkungan dan insentif juga dikurangi. Lantas menempatkan mobil listrik itu setara dengan varian bermesin pembakaran.
Baca juga: VW berencana produksi SUV listrik ID Ruggdzz
Baca juga: Ini dampak virus corona terhadap industri mobil global
Baca juga: VW akan menjadi perusahaan digital
Pewarta: Chairul Rohman
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2020