Intinya, kami tidak mau ada free rider
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan bahwa ia tidak ingin ada pihak yang hanya ingin menikmati fasilitas yang diberikan atau free rider dengan diluncurkannya stimulus tahap II untuk mengantisipasi dampak mewabahnya COVID-19 atau virus corona oleh pemerintah.
“Prinsipnya adalah dengan relaksasi dan pembebasan bea masuk bahan baku ini tidak boleh mengganggu produk-produk yang dihasilkan di dalam negeri. Dan tidak boleh ada impor produk bahan jadi dari kebijakan ini. Intinya, kami tidak mau ada free rider,” kata Menperin saat menghadiri konferensi pers tentang Stimulus Kedua Penanganan Dampak COVID-19 di Jakarta, Jumat.
Agus menyampaikan, relaksasi bea masuk yang diberikan lewat stimulus II tersebut menyasar bahan baku untuk kebutuhan industri, yang bertujuan mengurangi disrupsi dari distribusi dan rantai pasok industri nasional.
Artinya, Menperin tidak ingin terdapat pihak yang serta merta memanfaatkan stimulus tersebut untuk mengimpor barang jadi, sehingga industri dalam negeri terganggu.
“Kami harus bisa memastikan bahwa industri bisa mendapat kecukupan bahan baku agar mereka bisa kembali beroperasi, karena kita tahu bahwa 30 persen bahan baku yang dibutuhkan industri nasional berasal dari China,” papar Agus.
Untuk itu, lanjut politisi Partai Golongan Karya tersebut, diperlukan aksi korporasi untuk mencari negara-negara alternatif untuk mendapatkan m sumber bahan baku impor yang dibutuhkan.
Dalam kondisi tersebut, Menperin menyampaikan bahwa Pemerintah Indonesia memahami keterbatasan persediaan bahan baku industri tersebut, mengingat negara alternatif tersebut juga pasti menjadi incaran negara lain.
“Hal itu karena industri di dunia sama-sama membutuhkan bahan baku. Sehingga pasti jadi rebutan dan harganya tinggi,” ungkap Menperin.
Baca juga: Pemerintah umumkan stimulus kedua tangani dampak COVID-19
Baca juga: Pemerintah libatkan "start-up" beri pelatihan penerima kartu pra kerja
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020