Negara Balkan itu mengkonfirmasi kematian pertama seorang pasien karena virus pada Rabu (11/3).
Pada Kamis, jumlah kasus pengidap yang dikonfirmasi melonjak menjadi 23 dari 7.
"Pemerintah akan meminta Parlemen untuk mengumumkan keadaan darurat, yang akan memungkinkan penutupan sekolah, taman kanak-kanak dan universitas," kata Borissov setelah pertemuan pemerintah.
Proposal akan diajukan di parlemen pada Jumat.
Borissov mengimbau rakyat Bulgaria mengikuti aturan, mengingat ada 14 orang yang seharusnya dikarantina tidak mematuhinya. Keadaan darurat akan memungkinkan polisi untuk campur tangan dalam kasus-kasus seperti itu, katanya.
"Hanya disiplin dan mobilisasi bangsa yang dapat membantu kita dalam situasi ini," ujar Borissov.
Pada akhir pekan, Bulgaria akan memiliki daftar negara dengan wabah virus corona yang besar.
Warga Bulgaria dilarang bepergian ke negara-negara yang masuk dalam daftar tersebut, yang akan diperbarui secara berkala.
Borissov mengatakan dampak global virus corona sudah membebani keuangan publik dan jika tren penurunan pendapatan publik berlanjut pada tingkat saat ini, kerugian anggaran negara bisa mencapai 3 miliar lev (sekitar Rp25 triliun).
Bulgaria telah membatasi pertemuan massa dalam ruangan yang melibatkan sampai dengan 250 orang dalam upaya mengekang penyebaran infeksi.
Pemerintah juga mendesak perusahaan-perusahaan untuk menerapkan waktu kerja yang fleksibel dan mengizinkan karyawan untuk bekerja dari jarak jauh, jika memungkinkan.
Sementara itu, restoran dapat tetap buka dengan syarat pengelola memastikan bahwa para pengunjung menjaga jarak. Namun, klub malam harus ditutup, tambahnya.
Sumber : Reuters
Baca juga: Perkembangan virus corona, Bulgaria dan Moldova laporkan kasus pertama
Baca juga: Bulgaria tunda penjualan tiket laga playoff Euro 2020
Baca juga: AS larang masuknya warga negara asing yang pernah ke Eropa
BNPB bersihkan Stasiun Gambir cegah penyebaran virus corona
Pewarta: Azis Kurmala
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020