• Beranda
  • Berita
  • Dinkes Jatim: 20 pasien meninggal akibat DBD selama Januari-Maret

Dinkes Jatim: 20 pasien meninggal akibat DBD selama Januari-Maret

13 Maret 2020 16:56 WIB
Dinkes Jatim: 20 pasien meninggal akibat DBD selama Januari-Maret
Ilustrasi - Petugas melakukan pengasapan (fogging) di wilayah Kabupaten Madiun, Jawa Timur, untuk membasmi nyamuk aedes aegypti sebagai vektor virus demam berdarah. (ANTARA Jatim/Louis Rika)
Dinas Kesehatan Jawa Timur mencatat pada Januari hingga Maret 2020, sebanyak 20 pasien meninggal dunia akibat kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah setempat.

"Per hari ini tercatat ada 2.016 kasus DBD dengan 20 orang meninggal dunia," ujar Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur dr Herlin Ferliana di Surabaya, Jumat.

Angka tersebut naik dari sebelumnya, yakni sebanyak 1.766 kasus dengan 15 berujung kematian pada 10 Maret lalu.

Menurut dia, kasus DBD di Jatim terbanyak di Kabupaten Trenggalek, disusul Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi, kemudian daerah lain merata.

Mengenai kemungkinan diberlakukannya status kejadian luar biasa (KLB) karena banyaknya orang yang meninggal akibat DBD, Herlin menyatakan belum berencana memberlakukannya karena angkanya masih di bawah tahun lalu.

"Jadi, definisi KLB apabila kasus meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Sebelumnya ada 10 ribu kasus. Saat ini sudah dua ribu, jadi belum bisa dikatakan KLB," ucapnya.

Baca juga: Jumlah penderita demam berdarah di Kota Madiun naik drastis

Baca juga: Di Kabupaten Madiun-Jatim, Dinkes sebut angka bebas jentik masih rendah

Baca juga: 148 kasus DBD terjadi di Jember-Jatim


Mantan Direktur Utama Rumah Sakit Jiwa Menur itu juga menyampaikan pada 2019, total 18.393 kasus dengan 185 berujung kematian.

"KLB bisa dilihat dari kasus kematian. Kalau tahun lalu pada bulan ini sudah seratusan. Jadi, tahun ini meski tinggi belum bisa dikatakan KLB," katanya.

Sementara itu, Dinkes Jatim terus melakukan berbagai upaya antisipasi menekan kasus DBD tahun ini, salah satunya pemberantasan sarang nyamuk melalui gerakan satu rumah satu jumantik (juru pemantau jentik).

Selain itu, Dinkes Jatim sudah menyiapkan petugas, sarana dan prasarana, serta fasilitas pelayanan kesehatan di semua wilayah di Jatim.

"Kami juga berharap peran aktif masyarakat untuk melakukan antisipasi DBD," katanya.

Masyarakat, bisa menggunakan obat pembasmi nyamuk, mengusap lotion antinyamuk, membakar obat nyamuk atau menabur bubuk abate di wadah yang menjadi tempat nyamuk berkembang biak.

"Kami imbau masyarakat lebih peduli pada lingkungan dengan membersihkan tempat-tempat kotor dan kumuh, menggalakkan program menguras, mengubur, dan menutup (3M) wadah yang berpotensi jadi sarang nyamuk," tuturnya.*

Baca juga: Cegah DBD, sekolah di Madiun-Jatim dilakukan pengasapan

Baca juga: Di Kediri-Jatim, 12 orang meninggal akibat DBD

Baca juga: Meski kasus DBD naik, Tulungagung-Jatim belum tetapkan status KLB

Pewarta: Fiqih Arfani/Willy Irawan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020