Ahli gizi Universitas Gadjah Mada (UGM) Hamam Hadi mengajak semua pihak mulai dari pemerintah, pemangku kepentingan dan masyarakat di Indonesia membangun kesadaran untuk menangkal bersama kasus penyebaran virus corona yang menyebabkan penyakit COVID-19 yang kini sudah masuk ke Tanah Air.Mumpung belum besar kita harus menangkal sekuat mungkin,
"Presiden, Gubernur dan Bupati harus bergerak bersama masyarakat, kalau tidak, kita bisa dihantui nanti menjadi Wuhan (China) kedua, Italia kedua, atau Iran kedua," kata Hamam Hadi disela diskusi dengan tema COVID-19 Terus Berekskalasi Dalam Negeri dan Telah Dinyatakan Sebagai Pandemi : Apa Yang Harus Dilakukan?" di Universitas Alma Ata Yogyakarta, Jumat.
Guru Besar Fakultas Kedokteran UGM yang juga Rektor Alma Ata Yogyakarta tersebut menambahkan, semua pihak harus bergerak bersama menangkal COVID-19 sebelum virus yang muncul pertama kali di Wuhan China tersebut makin menyebar dan menjangkiti warga Indonesia lebih banyak lagi.
"Mumpung belum besar kita harus menangkal sekuat mungkin, itu intinya. Jangan tunggu sampai nanti (kasus COVID-19) sudah besar baru bergerak, jangan, keliru besar kalau seperti itu," kata Pakar Epidemologi tersebut.
Baca juga: Indonesia miliki kemampuan uji laboratorium Covid-2019
Hamam Hadi juga mengemukakan, pemerintah dan masyarakat harus membangun kesadaran bersama, dan jangan ada tokoh dan pejabat yang memberikan pemahaman yang tidak benar, sebab bisa jadi kontra produktif dan blunder.
"Yang paling penting justru ini kita ingin membangun kesadaran bersama, dan itu bukan milik pemerintah saja, tapi milik bersama. Dan jangan ajari masyarakat bahwa corona virus itu seperti virus flu biasa, bisa blunder, kalau gitu bahaya sekali," terangnya.
Hamam Hadi juga menyinggung pernyataan salah satu tokoh yang diantaranya mengatakan, jangan terlalu takut berlebihan dengan COVID-19, karena berdasarkan data menyebut bahwa 94 persen dari pasien positif corona dapat disembuhkan.
"Lantas apakah yang enam persen mau dibiarkan mati, apakah (tiap pasien COVID-19) mau diantara yang enam persen itu, jangan sepelekan enam persen yang mati karena COVID-19. Tentu kita tidak ingin menjadi salah satu diantara enam persen itu, kan gitu," jelasnya.
Oleh karena itu, profesor menekankan agar tidak ada kalimat yang meremehkan terkait Covid-19 supaya tidak menjadi blunder, namun dia mengajak pemerintah dan masyarakat tidak panik dalam menghadapi corona yang sudah masuk Indonesia.
Baca juga: Arab Saudi tangguhkan pelayanan umrah untuk cegah penyebaran corona
Profesor juga mengatakan, virus corona berbeda dengan penyakit tuberkulosis dan semacamnya yang rata-rata menyerang golongan masyarakat ekonomi menengah ke bawah. COVID-19 bisa menyerang siapa saja, pejabat negara sekalipun, karena itu harus serius dalam penanganannya.
"Bahkan kalau dia positif dan bergerak bebas di lingkungan daya tular mencapai 35 persen, jadi tidak main. Dulu yang hanya ada di China, namun sampai sekarang berdasarkan data dari WHO sudah menyebar ke 117 negara," lanjut profesor.
Hamam Hadi juga mengatakan, di negara-negara lain yang sudah terlebih dulu terjangkit corona diantaranya Jepang, Singapura memiliki sumber daya, anggaran dan kesiapan yang memadai ketimbang Indonesia, sehingga disebutnya bisa menekan kasus COVID-19.
"Kita (Indonesia) memang tidak sekuat mereka dalam hal sumber dana dan kesiapan serta peralatan, di Indonesia APD (alat pelindung diri) terbatas, tapi kita punya yang namanya gotong royong. Makanya ayo tangkal bersama," tambahnya.
Baca juga: Perlukah orang sehat pakai masker demi cegah corona?
Pewarta: Hery Sidik
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2020