"Tentu kalau sudah seperti ini harus dicari. Dicari dengan benar," kata Ketua PERSI dr Kuntjoro Adi Purjanto di Jakarta, Jumat.
Menanggapi kejadian tersebut, dr Kuntjoro juga meminta semua pihak terutama rumah sakit harus introspeksi diri. Karena, bisa saja pasien melarikan diri akibat merasa panik berlebihan.
Oleh sebab itu, tenaga medis diminta untuk memperkuat kemampuan menenangkan orang-orang terjangkit COVID-19. Sehingga kejadian serupa tidak terjadi lagi.
Baca juga: Pemerintah tekankan tidak ada pasien COVID-19 kabur dari RS
Baca juga: RSUP Persahabatan pastikan pasien COVID-19 kabur telah kembali
"Kemampuan untuk menenangkan itu tidak semua orang bisa, dan itu perlu juga diperkuat," ujarnya.
Namun, secara pribadi ia menilai semua orang memiliki kelemahan termasuk dalam hal kelalaian. Oleh sebab itu, yang terpenting saat ini adalah bagaimana secepatnya menemukan pasien tersebut.
Apalagi, ujar dia, profesi tenaga medis tidak mudah karena selalu dihadapkan dengan berbagai beban termasuk ancaman tertular penyakit dari pasien. Sehingga, hal itu bisa menyebabkan petugas di rumah sakit lupa mengunci pintu.
Ia mengatakan ruangan isolasi pada dasarnya bukan seperti penjara. Karena, yang dirawat dalam ruangan itu adalah manusia sehingga dalam masa penyembuhan faktor psikologis juga diperhatikan sedemikian rupa.
"Jadi pada saat dia diisolasi diharapkan kondisi psikologis sama ketika dia tidak sakit, itu yang diupayakan," ujarnya.
Terpisah, juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona (COVID-19) Achmad Yurianto menekankan tidak ada pasien positif COVID-19, yang kabur dari RS Persahabatan, Jakarta.
"Tanya RS, kaburnya kapan. Berapa hari dia kabur. Kabur cuma sehari kok dibilang kabur," ujar Yurianto kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan.*
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020