"Orang tidak tahu masker itu sampah medis. Apa yang terjadi? Mereka buang masker sembarangan. Di situ potensi beredarnya penyakit dari situ," kata Ari dalam konferensi pers di Fakultas Kedokteran UI, Jakarta, Jumat.
Baca juga: DPRD Bandarlampung usulkan beberapa langkah antisipasi COVID-19
Terkait penggunaan masker yang benar, kata Ari, masker harus dipastikan menutupi hidung. Masker juga tidak boleh dipakai bolak balik dan diletakkan di bawah dagu.
Pihak rumah sakit menggolongkan masker habis pakai sebagai sampah medis infeksius sehingga penanganannya khusus.
Namun dalam kondisi di mana masyarakat bebas memakainya, maka warga harus bijaksana dalam membuangnya.
Ari menganjurkan agar masyarakat membuang masker habis pakai di tempat sampah tertutup sehingga tidak berpotensi menyebarkan kuman penyakit.
"Yang penting jangan terbuka tapi mesti di dalam tempat sampah yang tertutup dan tidak mudah tersebar ke tempat lain karena sekali lagi ini infeksius," ujarnya.
Baca juga: Petugas KKP pastikan mahasiswa dari China kondisinya sehat
Ari juga mengatakan masker hanya dipakai oleh mereka yang sedang dalam kondisi sakit dengan maksud agar tidak menularkan kepada orang lain.
Namun, semenjak COVID-19 menyebar, masyarakat baik yang sehat maupun sakit berburu membeli masker dan menggunakan masker sebagai perlindungan diri dari penularan COVID-19.
Alhasil, harga masker menjadi mahal, dan orang sulit mendapatkannya karena toko-toko sering kehabisan suplai masker.
Yang dikhawatirkan adalah mereka yang sakit menjadi kesulitan mendapatkan masker, dan mereka berpotensi menularkan kuman penyakit melalui droplet saat batuk dan bersin karena tidak menggunakan masker.
"Dari batuk sampai bersin, dampak dari virus beredar cukup tinggi," ujarnya
Baca juga: RS PHC tambah 35 titik lokasi cairan tangan antisipasi corona
Baca juga: ACT Jatim siap bantu mitigasi virus corona
Baca juga: Car Free Day Jakbar juga dihentikan dua pekan antisipasi COVID-19
***3***
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020