Bank Indonesia merevisi pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan pada 2020 untuk merespon mewabahnya virus corona yang telah masuk ke Indonesia.Ketika ada wabah di sana, dan mereka membuat kebijakan pembatasan barang masuk dan keluar, tentunya akan berpengaruh
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sumatera Selatan Hari Widodo di Palembang, Senin, mengatakan semula Bank Indonesia (BI) memproyeksi pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan 5,7 – 6,1 persen, namun karena penyebaran virus corona telah mempengaruhi perekonomian di daerah tersebut terpaksa merevisi menjadi 5,5 – 5,9 persen.
Dampak terjadinya wabah virus corona di negara asalnya China hingga ke seluruh negara di dunia telah membuat ekspor Sumatera Selatan mengalami penurunan.
Menurutnya, penurunan ini karena sektor andalan Sumsel yakni ekspor karet, sawit, dan batu bara menjadikan China sebagai tujuan utama.
“Ekspor pulp mayoritas ke China, batu bara juga sebagian ke sana. Ketika ada wabah di sana, dan mereka membuat kebijakan pembatasan barang masuk dan keluar, tentunya akan berpengaruh,” kata dia.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatra Selatan, China menduduki peringkat pertama untuk negara tujuan ekspor Sumsel dengan kontribusi sebesar 30,14 persen pada periode Januari 2020.
Begitu pula untuk impor, barang-barang impor yang masuk ke Sumsel didominasi dari China dengan andil hingga 52,62 persen terhadap nilai total impor.
“Oleh karena itu pasti ada kontraksi terhadap ekspor Sumsel. Kalau pun dia [pelaku usaha] tidak ekspor pasti akan melemah karena bahan bakunya, yang impor, itu berkurang,” kata dia.
Menurut Hari, bahan baku industri Tanah Air secara nasional sebesar 27 persen bersumber dari China.
“Kalau tidak lancar pasokan ekspor tentu memengaruhi bahan baku industri kita,” kata Hari.
Ia melanjutkan, penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi Sumsel juga mempertimbangkan dampak corona terhadap lapangan usaha lainya. Salah satunya sektor meeting, incentive, convention and exhibition (MICE) yang beberapa tahun terakhir menggeliat di Sumsel.
Ia mengatakan pihaknya mengkhawatirkan adanya pembatasan kegiatan MICE di daerah itu yang pada akhirnya dapat memukul industri perhotelan dan restoran.
“Jika korporasi membatasi kegiatan rapat-rapat, itu mungkin akan terpengaruh ke MICE dan pariwisata di Palembang.Sementara sejak Asian Games 2018, banyak sekali kegiatan yang diadakan di sini,” kata dia.
Baca juga: BI Sumsel kembangkan ekonomi syariah di lima pesantren pada 2020
Baca juga: BI proyeksikan pertumbuhan ekonomi Sumsel 2020 mencapai 5,7-6,1 persen
Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020