"Kita sepakat bahwa kawasan kita (ASEAN+3) perlu dipelihara momentum pertumbuhan positifnya, sehingga Indonesia dan China bisa sama-sama memperkuat ekonomi dengan memperkuat dan memperbaiki hubungan kerjasama," kata Sri Mulyani menanggapi hasil kunjungan kerja ke China pada akhir pekan lalu.
Sri Mulyani mengungkapkan hal itu usai menjadi pembicara kunci dalam seminar East Asia`s Response to The Global Economic Crisis di Jakarta, Senin.
Ia menyebutkan, kunjungan ke China itu membicarakan perkuatan dan realisasi kerjasama kemitraan yang sudah ditandatangani masing-masing kepala negara pada 2005.
"Jadi dalam hal ini yang dibicarakan adalah apa-apa yang perlu dilakukan kedua negara agar strategic partnership bisa terealisasi," katanya.
Ia mencontohkan, salah satu kerjasama itu adalah program kerjasama pembangunan PLTU berkapasitas 10.000 MW yang 90 persennya ditentukan oleh dana/capital dari China, karena barang-barang modalnya dari negara itu.
"Kita ingin supaya pelaksanaan proyek PLTU 10.000 MW yang sudah ditetapkan bisa berjalan tanpa ada masalah, baik itu masalah financing maupun masalah teknis lainnya," katanya.
Ia juga menjelaskan, pertemuan itu juga membahas masalah yang berhubungan dengan transaksi pembelian pesawat oleh Merpati dari China.
"Itu sudah dibahas, apa-apa yang bisa dilakukan oleh kedua pihak tanpa menimbulkan permasalahan baik di perusahaan maupun G to G. Kita bersama-sama akan menyelesaikan," katanya.
Sementara itu menanggapi pencairan dana stimulus fiskal yang dikhawatirkan tertunda sehingga stimulus fiskal tidak efektif, Menkeu mengatakan, proses administrasi di beberapa departemen sudah selesai.
"Pembahasan di Panitia Anggaran DPR juga sudah selesai, semua proses sudah selesai," tegas Sri Mulyani.
(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009