Berdasarkan rilis dari BMKG Karangkates Malang menyebutkan episenter gempa bumi tersebut terletak pada koordinat 11.4 LS dan 115.04 BT atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 305 kilometer arah Selatan Kota Denpasar, Bali pada kedalaman 55 kilometer dan tidak berpotensi terjadinya tsunami.
"Saat terjadi gempa saya merasakan tempat tidur bergerak-gerak, namun hanya beberapa detik saja, sehingga saya langsung bangun dan ke luar rumah," kata Fatimah, salah seorang warga di Kecamatan Kaliwates, Kabupaten Jember.
Anak-anaknya Fatimah pun juga belum tidur dan masih nonton televisi, sehingga anak tertuanya membangunkan adiknya untuk segera ke luar rumah karena guncangan gempa.
"Kami langsung keluar rumah dan setelah tidak ada getaran lagi, kami segera masuk ke rumah dan untuk beberapa saat tidak bisa tidur karena khawatir ada gempa susulan," tuturnya.
Sementara Kepala Stasiun Geofisika BMKG Karangkates Malang Musripan mengatakan pada 19 Maret 2020 pukul 00.45.38 WIB wilayah Samudera Hindia Selatan Bali-Nusa Tenggara diguncang gempa tektonik.
"Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi itu memiliki parameter awal dengan magnitudo M=6,6 yang kemudian dimutakhirkan menjadi 6,3. Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 11.4 LS dan 115.04 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 305 km arah Selatan Kota Denpasar, Bali pada kedalaman 55 km," katanya.
Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, lanjut dia, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas subduksi dan hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan turun (normal fault).
"Guncangan gempa bumi itu dirasakan di Denpasar, Lombok Tengah, Lombok Timur, Lombok Barat, Kota Mataram IV MMI ( Bila pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah ), Kuta, Sumbawa Barat, Sumbawa, Bima, Dompu, Lombok Utara, Jember III MMI , ( Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan akan truk berlalu )," tuturnya.
Getaran juga dirasakan II-III mmi di Malang, Blitar, Tulungagung, dan Trenggalek, namun hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut dan hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi itu tidak berpotensi tsunami.
"Hingga pukul 01.04 WIB, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempabumi susulan ( aftershock )," katanya.
Musripan mengimbau agar masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, sehingga masyarakat juga diminta menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa.
"Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali ke dalam rumah," ujarnya.
Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020