Insentif setelah dilaksanakan pelatihan secara online bisa lebih tinggi dari sebelumnya
Kepala Staf Kepresidenan RI Moeldoko menyampaikan pandemi virus corona atau COVID-19 ikut mengubah mekanisme pelatihan Program Kartu Prakerja dari tatap muka menjadi daring.
"Kita harus menyesuaikan model pelatihannya untuk mendukung social distancing," ujar Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko sebagaimana keterangan tertulis, di Jakarta, Selasa.
Moeldoko mengatakan Program Kartu Prakerja yang diluncurkan pada Jumat pekan lalu bertujuan untuk menciptakan keterampilan baru. Moeldoko menegaskan Kartu Prakerja diluncurkan bukan untuk menggaji pengangguran tetapi menyiapkan anak muda dengan pelatihan agar siap kerja.
Moeldoko mengakui COVID-19 membuat pertumbuhan ekonomi jadi melambat. Penciptaan lapangan kerja juga turut melambat karena sejumlah faktor seperti jam kerja yang berkurang.
Sektor yang paling merasakan dampaknya adalah sektor pariwisata, hotel, restoran dan transportasi.
Baca juga: Warga bisa pelajari keahlian baru saat pandemi dengan Kartu Prakerja
Program Kartu Prakerja memberikan ruang insentif untuk menahan laju pelambatan ekonomi tersebut. "Insentif setelah dilaksanakan pelatihan secara online bisa lebih tinggi dari sebelumnya. Angkanya sedang kita kaji," ujar Moeldoko.
Selain itu, pemerintah juga terus mengupayakan agar APBN bisa terserap optimal untuk membantu sektor informal dan UMKM selaku dua sektor yang terkena dampak langsung COVID-19.
"Program Kartu Prakerja diharapkan menjadi pendorong kebekerjaan dan kewirausahaan agar ekonomi tumbuh kembali," tegas Moeldoko.
Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Denni Purbasari mengatakan, besaran insentif akan diputuskan Komite Cipta Kerja.
"Komite yang dipimpin Menko Perekonomian akan memutuskan berapa besaran insentif, untuk berapa bulan, dan berapa orang pekerja harian sektor informal yang terdampak," ujar Denni.
Denni menambahkan, sejak dirilis pada Jumat pekan lalu hingga hari ini, jumlah pengunjung situs resmi Kartu Prakerja di www.prakerja.go.id mencapai 46.000 lebih pengunjung.
Sebanyak 42 persen pengguna berasal dari Jakarta dan Surabaya; dan sebanyak 55 persen berjenis kelamin laki-laki.
"Dari analisis diketahui profil demografi pengunjung, 49 persen berusia 18-24 tahun, disusul usia 25-34 tahun sebanyak 33 persen, " jelas Denni.
Baca juga: Moeldoko tegaskan Kartu Pra-Kerja bukan untuk gaji pengangguran
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020