Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menyiapkan pesawat khusus untuk memobilisasi para tenaga medis ke daerah-daerah di provinsi berbasiskan kepulauan itu, guna menangani warga yang terserang virus corona baru (COVID-19).Karena tidak mungkin tenaga ahli seperti penumpang pesawat biasa yang menunggu waktu terbang sementara pasien sedang membutuhkan penanganan cepat
"Sesuai dengan perintah Bapak Gubernur (Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat, red.) bahwa kita menggerakkan semua sumber daya untuk penanganan COVID-19, termasuk menyiapkan pesawat khusus untuk mobilisasi tenaga medis," kata Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi NTT, Marius Ardu Jelamu, di Kupang, Selasa, terkait kesiapsiagaan Pemerintah Provinsi NTT dalam menghadapi serangan COVID-19 yang merebak di berbagai daerah.
Dia mengatakan pemerintah provinsi berupaya menyiapkan sarana angkutan udara yang memadai untuk memobilisasi logistik maupun para tenaga medis, khususnya dokter ahli paru, guna menangani serangan COVID-19.
Marius menjelaskan penyakit COVID-19 menyerang paru-paru manusia sehingga peran dokter ahli paru menjadi penting dalam melakukan penanganan.
"Karena itu pemerintah siapkan pesawat khusus untuk mobilisasi secara cepat mengingat dokter ahli paru masih sangat kurang di NTT sementara geografis daerah kita bercirikan kepulauan," katanya.
Baca juga: Ombudsman minta RS rujukan COVID-19 dilengkapi instrumen kesiapsiagaan
Dia menyebutkan saat ini NTT hanya memiliki lima dokter ahli paru yang menyebar, di antaranya RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang tiga orang, RS Siloam dan RSUD Umbu Rara Meha Waingapu, masing-masing satu orang.
Oleh karena itu, kata dia, kalau seandainya banyak warga positif COVID-19 maka membutuhkan pergerakan yang cepat dari para dokter ahli paru tersebut.
"Karena itu gubernur telah menegaskan bahwa segala cara akan dikerahkan untuk memobilisasi para dokter ahli paru ini supaya kalau ada pasien positif maka bisa tertangani dengan baik," katanya.
Upaya itu, kata dia, untuk kecepatan penanganan pasien terkait virus corona baru itu.
"Karena tidak mungkin tenaga ahli seperti penumpang pesawat biasa yang menunggu waktu terbang sementara pasien sedang membutuhkan penanganan cepat," katanya.
Baca juga: Pemprov NTT: Tidak ada penutupan pasar terkait COVID-19
Baca juga: Cegah Corona, perbatasan NTT-Timor Leste ditutup dua bulan
Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020