Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin) Xs. Budi S. Tanuwibowo mengatakan persatuan menjadi kunci untuk menghadapi wabah virus corona (COVID-19).Ibaratnya rumah bersama sedang terbakar. Padamkan dulu. Jangan dulu kita berebut mau tidur di kamar mana
"Ada dua nasihat Kong Zi untuk menghadapi wabah seperti ini yakni persatuan dan prioritas," kata Budi dalam siaran pers, di Jakarta, Rabu, terkait pengadaan cairan pembersih tangan gratis produksi Matakin untuk disalurkan kepada masyarakat maupun tenaga medis.
Menurut Budi, dengan kondisi saat ini semua harus bertindak cepat dan tepat termasuk menyangkut segala biaya dan risiko yang akan dihadapi.
Budi mengutip Kitab Mengzi menjelaskan dalam menghadapi wabah yang berbahaya secara ekonomi, bisnis, sosial dan politik ini maka semua dituntut untuk mengokohkan persatuan, terutama kalangan elit politik dan tokoh bangsa.
Baca juga: Presiden instruksikan para menteri tetap di Jakarta
"Saatnya Presiden Jokowi mengajak khusus para mantan presiden dan wakil presiden serta bila perlu ditambah tokoh-tokoh lain untuk duduk satu meja mencari solusi terbaik bagi bangsa. Lupakan sejenak perbedaan yang mungkin ada," kata Budi.
"Ibaratnya rumah bersama sedang terbakar. Padamkan dulu. Jangan dulu kita berebut mau tidur di kamar mana? Kalau rumahnya habis terbakar, tak seorangpun yang akan memperoleh kamar," ujarnya.
Budi mengatakan prioritas yang harus diambil adalah yang selaras dan senafas pula dengan Mukadimah UUD 1945, yaitu "Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia".
"Intinya hal-hal yang tidak mendesak sebaiknya ditunda dulu, semuanya diprioritaskan untuk menghadapi wabah COVID-19," jelas Budi.
Baca juga: Petugas lebihkan penggalian makam untuk jenazah pasien COVID-19
Menurut Budi segala hal yang tidak mendesak, jangka panjang, masih menimbulkan polemik di masyarakat, didanai dari pinjaman dan atau menyita investasi yang besar dan atau berisiko besar, mutlak ditunda, direvisi atau bahkan dibatalkan.
"Kondisi Indonesia belum sekuat negara lain seperti Tiongkok atau Jepang yang mempunyai dana berlebihan. Apalagi banyak kebutuhan dasar kita yang masih tergantung impor dari luar negeri," ujar Budi..
Budi mengatakan untuk mengatasi persoalan COVID-19 harus segera menyiapkan rencana berlapis untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan terjadi, sampai kondisi terburuk sekalipun.
Prioritas paling mendasar yang terkait dengan urusan keselamatan warga dan menyangkut ketersediaan bahan pangan, distribusi dan bantuan orang miskin, termasuk mereka yang mendadak menjadi miskin karena berhenti bekerja, jelas Budi.
Baca juga: Demokrat desak DPRD bahas anggaran dahului APBD Perubahan
Selain itu, tentu masalah kesehatan, terkait ketersediaan obat-obatan, rumah sakit, tenaga medik dan kaitannya. Yang tak kalah penting adalah terjaminnya keamanan dan ketertiban masyarakat dan tentunya pendidikan.
"Pendeknya perlu disusun rencana dan skenario berlapis menyangkut semua aspek kehidupan, dengan fokus masalah kebutuhan dasar, kesehatan, keamanan dan pendidikan," ujarnya.
Bila semua rencana berlapis ini bisa disusun atas masukan para tokoh bangsa, saatnya menggalang solidaritas nasional baik dari kalangan bisnis, profesional dan lainnya.
"Semua harus bisa membantu bahu-membahu. Ini bukan persoalan pemerintah saja, tapi persoalan kita semua. Kalau tidak bisa membantu jangan mengganggu," ujarnya.
Baca juga: Jaksel tetap layani penyemprotan disinfektan meski hari libur
Rumah Indonesia sudah mulai terbakar. Indikasinya keresahan meningkat, suplai barang terganggu, bisnis melambat, penghasilan menurun, daya beli anjlok, masyarakat miskin bertambah, kurs Rupiah melemah.
Selain itu, harga saham jatuh dan sebagainya.
"Ambil langkah bersama, koreksi rencana sebelumnya, serta tetap bersatu," kata Budi.
Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2020