Prancis mencatat 231 kematian baru akibat virus corona dalam 24 jam terakhir pada Rabu, menambah jumlah total kematian menjadi 1.331.Selama perang ini, seluruh tenaga medis kami berada di lini terdepan
Menteri Kesehatan Jerome Salomon mengatakan kasus COVID-19 di negara tersebut menembus angka 25.233 setelah terjadi penambahan 2.933 kasus.
Di antara kasus tersebut, 2.827 orang menjalani perawatan intensif, termasuk 59 orang berusia antara 60 hingga 80 tahun.
Salomon menyebutkan bahwa 3.900 orang sembuh dari virus corona dan bahwa 86 persen dari korban meninggal berusia di atas 70 tahun.
Menurutnya, sejak 9 Maret sebanyak 8.723 orang telah melakukan tes.
Ditekankan pula bahwa jumlah tempat tidur di unit perawatan intensif bertambah dari 5.000 menjadi 8.000. Salomon mencatat kawasan yang terdampak paling parah epidemik COVID-19 yakni Ile-de-France, Grand Est, dan Auvergne-Rhone Alpes, termasuk ibu kota Paris.
Berbicara di depan rumah sakit darurat militer yang didirikan di Mulhouse, kawasan Grand-Est yang berbatasan dengan Jerman, Presiden Emmanuel Macron mengatakan jumlah infeksi COVID-19 tercatat 25.233 kasus setelah adanya laporan 2.933 kasus. Kawasan tersebut paling parah dilanda virus corona.
Macron berulang kali memuji dan berterima kasih kepada seluruh tenaga medis, mengakui bahwa mereka kewalahan dengan tingginya kasus COVID-19.
"Selama perang ini, seluruh tenaga medis kami berada di lini terdepan," katanya, saat mengenang para dokter yang meninggal akibat penyakit ini.
"Saya salut dengan jiwa para tenaga medis yang mengorbankan nyawanya demi komitmen menyelamatkan nyawa orang lain," katanya.
Macron menjanjikan "investasi besar-besaran dan rencana peningkatan" rumah sakit, yang "mendalam dan berlangsung lama", yang akan mencakup penambahan jam lembur dan bonus bagi seluruh staf perawat dan pegawai sipil.
Sumber: Anadolu
Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2020