• Beranda
  • Berita
  • Ragam sumbangsih bagi pahlawan kesehatan di tengah pandemi COVID-19

Ragam sumbangsih bagi pahlawan kesehatan di tengah pandemi COVID-19

26 Maret 2020 19:36 WIB
Ragam sumbangsih bagi pahlawan kesehatan di tengah pandemi COVID-19
Ahli penyakit saraf Indonesia dr Andreas Harry, SpS (K) (empat dari kanan) bersama tim sukarelawan menyalurkan bantuan satu truk bahan makanan dan minuman dari dermawan untuk perbaikan gizi bagi tenaga kesehatan yang bertugas di Rumah Sakit Darurat penanganan virus COVID-19 di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Rabu (25/3/2020). (ANTARA/Andi J/HO-tim sukarelawan)
Status pandemi yang WHO atas wabah COVID-19 (Coronavirus disease 2019), situasi terakhir yang dilaporkan melalui laman covid19.go.id -- laman resmi Pemerintah Indonesia -- pada Kamis, 26 Maret 2020 pukul 16:45 WIB memberikan gambaran global maupun nasional.

Pada skala global, COVID-19 telah menyerang 187 negara/kawasan dengan kasus terkonfirmasi sebanyak 475.890 dengan 21.367 kematian.

Sedangkan di Indonesia, kasus positif sebanyak 893, sembuh 35 orang dan meninggal sebanyak 78 orang.

Seiring dengan terus diupayakannya menekan dan mengendalikan, serta mengurangi angka penularan virus mematikan itu, sekurangnya dalam sepekan terakhir di Tanah Air juga diwarnai dengan informasi bagaimana seluruh tenaga kesehatan yang menjadi garda terdepan dalam penanggulangan COVID-19 mulai bertumbangan.

Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menyatakan sekurangnya lima orang dokter yang diduga meninggal dunia akibat COVID-19 dan seorang dokter lainnya meninggal dunia akibat serangan jantung setelah mempersiapkan fasilitas kesehatan demi menghadapi virus itu.

Mereka adalah dr dokter Hadio Ali, SpS, dr Djoko Judodjoko, Sp.B, dr Laurentius P. Sp.Kj, dr Adi Mirsa Putra, Sp,THT, dan dr Ucok Martin, Sp.P, sementara dr Toni D Silitonga meski tidak langsung terpapar meninggal akibat serangan jantung usai mempersiapkan fasilitas kesehatan terkait virus itu.

Sedangkan Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Harif Fadhilah menyebutkan pihaknya baru menerima laporan satu perawat (37) meninggal positif COVID-19. Ia adalah pegawai di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) meninggal di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta.

Namun, dalam perkembangannya ada yang menyebutkan bahwa sudah ada delapan tenaga kesehatan, baik dokter maupun perawat, yang telah meninggal dunia.

Tenaga kesehatan tersebut mulai dari dokter, perawat, analis kesehatan laboratorium, farmasi, cleaning service, petugas administrasi, petugas satuan pengamanan, teknisi, sarana dan prasarana, serta semua profesi terkait yang bekerja di fasilitas-fasilitas kesehatan.

"Rumah Sakit Darurat penanganan virus COVID-19 di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, saat ini memang sudah menjadi 'medan perang' Corona," kata ahli penyakit saraf Indonesia dr Andreas Harry, SpS (K).

Neurolog anggota "International Advance Research" Asosiasi Alzheimer Internasional (AAICAD) lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Surabaya itu pada Rabu (25/3) bersama tim sukarelawan telah membawa dan menyalurkan bantuan satu truk bahan makanan dan minuman dari dermawan untuk perbaikan gizi bagi tenaga kesehatan yang bertugas di Rumah Sakit Darurat penanganan COVID-19 di Wisma Atlet.

Bantuan yang terdiri atas "nugget" dan kebutuhan pokok lainnya itu bisa disalurkan setelah berkomunikasi dan mendapatkan izin dari Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Doni Monardo yang juga Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB).

Satu truk lainnya disalurkan untuk rumah sakit di kawasan Gading Pluit.

Doni Monardo menyampaikan terima kasih atas dukungan bantuan tersebut dengan penekanan bahwa bantuan vitamin dan logistik bagi petugas kesehatan untuk mendukung tugas mereka dalam perang melawan COVID-19 menjadi hal yang mendasar saat ini.

"Bantu tenaga kesehatan dengan vitamin dan logistik sangat membantu," kata Doni Monardo.

Baca juga: Kominfo apresiasi dukungan industri digital di tengah pandemi corona

Baca juga: Dukungan Ganindra Bimo untuk sang istri yang positif corona

Baca juga: Andrea Dian positif corona, sejumlah selebritas kasih dukungan moril



Kebutuhan APD

Tak kalah mendasarnya, yang sangat mendesak dibutuhkan oleh tenaga kesehatan saat ini alat pelindung diri (APD), baik masker, sarung tangan dan pakaian pelindung untuk penanganan COVID-19.

Terkait APD, dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 8 Tahun 2010 Pasal 3 (1) dirinci meliputi pelindung kepala, pelindung mata dan muka, pelindung telinga, pelindung pernapasan beserta perlengkapannya, pelindung tangan dan/atau pelindung kaki.

Selain APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), termasuk APD dalah pakaian pelindung, alat pelindung jatuh perorangan dan/atau pelampung.

APD tersebut adalah alat untuk mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya yang menjadi prosedur utama dalam kegiatan pelayanan kesehatan dengan tujuan mengantisipasi risiko keselamatan dan kesehatan kerja para petugas.

Selain muncul di media massa umum, berita dan informasi mengenai kekurangan APD tersebut, baik di RS maupun fasilitas kesehatan lainnya, termasuk di Ibu Kota negara Jakarta dan sekitarnya, teriakan itu terus digemakan di jagat media sosial.

Bahkan, di jagat media sosial suara itu langsung disuarakan oleh tenaga kesehatan sendiri --di tengah semua pahlawan kesehatan dan pahlawan kemanusiaan itu bertugas menghadapi bahaya-- melalui sejumlah akun, baik Twitter, Instagram dan juga Youtube atau lainnya. Akan mudah bagi kita untuk melihat suara-suara tersebut di media sosial dimaksud.

Beberapa di antaranya seperti melalui akun Twitter "Spesialis Cinta @Gatut_P", milik dr. Gatut Priyonugroho, Sp.P yang bekerja di Rumah Sakit UI.

Pada 21 Maret, ia mencuitkan: "Yth netizen budiman, Rumah sakit hadapi situasi berat. Wabah, kebutuhan Alat Pelindung Diri yg besar, & layanan non-COVID yang menyusut (operasi, jantung, dll). Jika berkenan, bantuan dapat disalurkan ke @rumahsakit_ui. Dalam bentuk APD atau apapun sangat dihargai. Terima kasih

Agaknya cuitan di Twitter itu cukup efektif karena kemudian suara-suara dari berbagai RS di berbagai daerah yang menyuarakan kekurangan APD itu kemudian dicuit ulang oleh sejawat tenaga kesehatan lainnya.

Salah satunya adalah dari akun Twitter Astrid Bonita @asbonbon, seorang dokter yang sedang bertugas di Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Maluku, yang masuk kawasan pulau-pulau terluar di Indonesia.

Pada 25 Maret 2020 ia mencuit: Selamat pagi, perkenalkan saya Astrid Bonita, salah 1 dokter di salah 1 Puskesmas di Kabupaten Kepulauan Aru-Maluku. Ini adalah rekan rekan saya yang bekerja di Puskesmas Dobo. Tadi malam, dengan APD yang sangat terbatas dan tidak standar mereka harus melakukan screening ...

Di dalam foto yang diunggah --yang menunjukkan petugas yang sangat berisiko tertular karena hanya memakai jas hujan yang di Jakarta seharga Rp10 ribuan itu-- ia menulis: ... screening kepada lebih dari 700 orang penumpang KM Tidar yang tiba di Pelabuhan Dobo. Padahal untuk tiba di sini, Kapal ini telah melewati dan mengangkut penumpang mulai dari Surabaya-Balikpapan-Makassar-Baubau-Namlea-Ambon dan Tual.

Cuitan-cuitan semacam itu kemudian di cuit ulang lagi, seperti yang kerap kali dilakukan akun bili @berlianidris, seorang dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dari FKUI, saat meneruskan informasi-informasi tersebut agar meluas.

Hasilnya? Cukup efektif, karena dengan meluaskan pesan itu, kemudian tersambung dengan salah satu pihak yang mendedikasikan diri untuk menyumbang peralatan APD itu.

Salah satunya adalah akun bernama Be @lbeautyk_. Akun itu pada 23 Maret 2020 menulis: "Hallo, saat ini rumah produksi konveksi kami Insya Allah akan memproduksi baju coverall yang akan disumbangkan melalui IDI Bogor dan disalurkan ke berbagai RS yang membutuhkan. Target kami 10.000 dan mungkin bahkan bisa lebih.

Ia melanjutkan, "Bagi temen-temen yang mempunyai kontak dan informasi mengenai rumah sakit yang membutuhkan ADP khususnya baju Coverall bisa kontak saya melalui WA: 0857-07588838.

Alhasil, cuitan yang divuit ulang itu kemudian direspons ribuan orang dan juga langsung oleh fasilitas kesehatan di berbagai daerah di Tanah Air, baik RS swasta, pemerintah hingga puskesmas dan klinik kesehatan.

Baca juga: Jadi pejuang lawan COVID-19, petugas medis banjir dukungan semangat

Baca juga: Taiwan minta dukungan untuk berpartisipasi sebagai pengamat di WHO



Gerakan "offline"

Ikhtiar membantu tenaga kesehatan yang sedang kewalahan, kelelahan dan bahkan sudah menjadi korban tertular COVID-19 dari orang yang ditolongnya itu juga digaungkan secara "offline" atau melalui gerakan di lapangan.

Seorang dokter muda, yang juga influencer yakni dr Tirta Mandira Hudhi mengombinasikan gerakan online --melalui akun media sosialnya-- dan offline melakukan gerakan nyata berkolaborasi dengan sejumlah pihak.

Di antaranya melalui kitabisa.com, laman donasi dan menggalang dana (fundraising) untuk inisiatif, kampanye dan program sosial dan juga Lembaga Amil Zakat (LAZ) Nasional Dompet Dhuafa (DD) melakukan beberapa upaya menggalang bantuan bagi pemenuhan APD para tenaga kesehatan di Tanah Air yang hampir semuanya menyatakan kekurangan alat tersebut.

Melalui akun Twitter @tirta_hudhi, dokter dengan penampilan nyentrik yang menyebut dirinya "sang maestro cuci sepatu", "bisa dipanggil Cipeng", "tukang umbah2 di @shoesandcare", "solevacation", "dokter hobi ngegas" itu melaporkan sejumlah kegiatan terkait penanggulangan COVID-19, termasuk penyemprotan disinfektan bagi fasilitas publik, rumah ibadah, dan juga terminal angkutan kota.

Dalam sebuah diskusi di stasiun televisi, ia juga menyatakan bahwa banyak sejawatnya dokter yang bertugas di Instalasi Gawat Darurat (ID) pada RS-RS saat bertemu dengan pasien mereka tidak mempunyai perlindungan diri memadai.

Ia menyebut sekurangnya delapan tenaga kesehatan sudah tumbang dalam menangani COVID-19 sehingga dokter dan tenaga kesehatan lainnya seharusnya diposisikan sebagai pahlawan sejati.

"Kalau semua tenaga medis ini tumbang, ya... sudah siapa yang mau menolong, habis. Indonesia tidak boleh seperti Italia. Saya nggak mau dokter dan perawat tumbang, sudah cukup delapan itu dan mereka itu harusnya dianggap Pahlawan Indonesia, benar-benar pahlawan," katanya.

Dukungan lainnya yang juga dilakukan Tirta Mandira Hudhi adalah bersama dengan FK UI melakukan gerakan "Nutrisi Garda Terdepan", yakni memberikan makanan untuk tenaga kesehatan di empat RS rujukan utama penanganan COVID-19 di Jakarta karena mereka yang berada di garda terdepan itu membutuhkan nutrisi yang baik.

Sedangkan bersama Dewan Masjid Indonesia (DMI), juga digagas gerakan membagikan 1.000 madu dan 1.000 telur rebus di semua RS di Jakarta.

Efek dari gerakan kemanusiaan di tengah pandemi global COVID-19 di Indonesia terus menjadi viral. Itu terlihat dari kian meluasnya gerakan serupa, baik melalui media sosial ataupun kampanye lainnya.

Kini, seluruh rakyat di Indonesia, bisa memilih ragam kepedulian dari gerakan yang ada guna saling membantu sesama yang amat membutuhkan uluran tangan.*

Baca juga: Sandiaga ajak pemerintah galakkan APD buatan Indonesia

Baca juga: Kadin Kalbar berikan bantuan APD tangani COVID-19 di Pontianak

Baca juga: Bakrie Group berikan 50 set APD untuk tenaga medis RSUP Persahabatan

Pewarta: Andi Jauhary
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020