"Jika melihat kondisi sekarang lebih baik dilakukan karantina mandiri ke tenaga kerja yang tidak terkonfirmasi positif (COVID-19)," kata peneliti di Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu ketika dihubungi di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, seperti yang dianjurkan oleh pemerintah, siapapun yang baru saja kembali dari luar negeri harus menjalani karantina mandiri untuk memastikan tidak memiliki gejala penyakit yang disebabkan virus SARS-Cov-2 itu.
Meskipun kembali dari negara yang bukan merupakan pusat penyebaran penyakit tersebut tapi untuk memastikan tidak ada infeksi dari luar negeri, karantina tetap harus dilaksanakan, baik karantina yang difasilitasi pemerintah ataupun mandiri.
Sebelumnya, ribuan tenaga kerja Indonesia dari Malaysia dipulangkan setelah Negeri Jiran memberlakukan penutupan wilayah atau lockdown untuk mencegah naiknya tingkat infeksi COVID-19.
Menurut Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan I (Pangkogabwilhan I) Laksamana Madya TNI Yudo Margono, riburan orang itu akan ditempatkan di Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau untuk menjalani pemeriksaan kesehatan.
Jika terdapat pekerja yang positif COVID-19, kata Yudo, maka akan dibawa ke Rumah Sakit Darurat Pulau Galang di Kepri sementara yang sehat bisa kembali ke daerah masing-masing dikawal aparat kepolisian.
Tapi, menurut dia, untuk pekerja yang kembali dari Malaysia tanpa gejala pun lebih baik tetap melaksanakan karantina mandiri untuk memastikan tidak menjadi carrier atau pembawa virus.
"Karena Malaysia bukan gelombang kedua penyebaran COVID-19 seperti Italia, Korea atau Jepang. Menurut saya karantina mandiri sudah cukup untuk mereka yang negatif," kata dia.
Baca juga: Plt Gubernur ingin TKI dari Malaysia tidak menumpuk di Kepri
Baca juga: Rumah Sakit Darurat Pulau Galang akan tampung TKI positif COVID-19
Baca juga: Ribuan TKI terkena "lockdown" Malaysia akan pulang via Pelabuhan Dumai
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Arief Mujayatno
Copyright © ANTARA 2020