• Beranda
  • Berita
  • Pemerintah kaji stimulus tambahan bagi sektor pariwisata

Pemerintah kaji stimulus tambahan bagi sektor pariwisata

27 Maret 2020 11:28 WIB
Pemerintah kaji stimulus tambahan bagi sektor pariwisata
Menparekraf Wishnutama Kusubandio (Hanni Sofia)

Untuk stimulus fiskal tahap kedua, beberapa pasal seperti pasal 21 dan 25 Itu di-extend ke sektor pariwisata

Pemerintah mengkaji adanya extra benefit atau stimulus tambahan bagi sektor pariwisata yang dinilai paling terdampak oleh pandemi Virus Corona baru (COVID-19).

Hal itu disampaikan dalam rapat koordinasi yang dipimpin oleh Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan melalui video conference di Jakarta, Kamis (26/3).

Rakor diikuti pula oleh Menko Perekonomomian Airlangga Hartarto, Menko Polhukam Mahfud MD, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah, serta Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia Destri Damayanti.

Wishnutama memandang perlu diberikan benefit khusus, semisal pengurangan pajak bagi hotel dan restoran yang tidak memutus hubungan kerja dengan para karyawannya.

"Terkait dengan Kartu Pra-Kerja kami menyarankan, ini diprioritaskan kepada karyawan yang mengalami PHK. Jadi untuk Kartu Pra-Kerja yang training bisa dialihkan ke tahun depan, apalagi mengingat kondisi seperti saat ini," ujar Wishnutama dalam siaran pers di Jakarta, Jumat.

Baca juga: Menaker minta utamakan dialog hindari PHK di sektor pariwisata

Sementara itu, Menko Airlangga menjelaskan pemerintah telah menyiapkan berbagai skema seperti program Bantuan Langsung Tunai (BLT), stimulus fiskal untuk membantu sektor pariwisata, dan juga Program Kartu Pra-Kerja sebagai Social Safety Net bagi masyarakat yang paling terdampak.

"Untuk stimulus fiskal tahap kedua, beberapa pasal seperti PPh 21 dan 25 itu di-extend ke sektor pariwisata. Kita juga sudah siapkan BLT untuk masyarakat kita yang paling terdampak, kemudian untuk Kartu Pra-Kerja juga sudah dialihkan untuk benefit bagi yang mengalami pemutusan hubungan kerja," jelasnya.

Baca juga: Menparekraf sebut potensi kerugian akibat virus corona Rp38,2 triliun

Menurut Bank Indonesia, kondisi saat ini lebih kompleks dibandingkan dengan kondisi tahun 2008, di mana pada saat itu dunia juga diterpa krisis ekonomi global.

Namun, BI tetap memprioritaskan di bidang kesehatan masyarakat, jaring pengaman sosial, dan juga terus berupaya menstabilkan sektor keuangan.

"Kita fokus ke penanganan kesehatan masyarakat, kemudian kepada program social safety net, karena ini berdampak sangat luar biasa bagi masyarakat. BI juga terus berusaha menstabilkan sektor keuangan, dengan cadangan devisa kita yang jumlahnya juga cukup besar," kata Deputi Senior Gubernur BI Destri Damayanti.

Baca juga: Objek wisata di Bantul ditutup hingga 31 Maret, cegah penularan Corona

Baca juga: Tanah Lot mulai ditutup hingga 30 Maret, cegah sebaran Corona di Bali





 

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020