Ekonom senior lembaga kajian ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri menilai bahwa solidaritas menjadi modal penting bagi Indonesia melawan pandemi COVID-19.
"Sensitivitas masyarakat dan solidaritas tinggi menjadi modal penting menangani COVID-19, karena jumlah dokter dan APD (alat pelindung diri) kita terbatas," ujar Faisal Basri melalui siaran di akun instagram Indef, Jumat.
Ia mengemukakan Indonesia harus dapat membentuk kurva secara landai. Artinya tingkat pasien positif COVID-19 jangan sampai melebihi kapasitas rumah sakit rujukan COVID-19.
Maka dari itu, lanjut dia, penting untuk menekan laju penambahan kasus baru sehingga tidak melebihi kapasitas rumah sakit COVID-19 agar dapat ditangani oleh tenaga medis.
"Kita harapkan kurva serendah mungkin. Jangan biarkan pemerintah berjalan sendiri menangani COVID-19," ucapnya.
Saat ini, ia mengibaratkan, dunia termasuk Indonesia sedang berperang dengan "hantu" atau makhluk yang tidak kasatmata, oleh karena itu kebijakan dari pemerintah untuk tetap berada di rumah harus dilaksanakan dengan kedisiplinan yang tinggi.
"Musuh sudah di depan kita. Kedisiplinan masyarakat harus ditegakkan, 'rapid test' akan sia-sia kalau tidak didukung isolasi masyarakat," ucapnya.
Di tengah rendahnya aktivitas ekonomi, lanjut Faisal Basri, pemerintah harus dapat memperhitungkan biaya sosial masyarakat yang masuk dalam kategori rentan secara ekonomi.
"Jaga masyarakat rentan supaya mampu bertahan di tengah kesulitan," ucapnya.
Selain itu, kata dia, keluarga kaya harus dapat melindungi atau menggandeng keluarga rentan dalam menghadapi COVID-19 sehingga bisa dispilin dirumah saja.
"Satu orang mampu rangkul dua orang yang tidak mampu. Tugas pemerintah yang sekiranya bolong dapat ditutupi di masyarakat, diisi dengan social society, sehingga kepahitan wabah COVID-19 cepat selesai dengan waktu yang cepat," ucapnya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2020