Penundaan itu justru dinilainya menguntungkan lantaran apabila melihat status Indonesia yang saat ini masih calon kandidat, maka kemungkinan akan sulit untuk melakukan promosi.
"Di Tokyo justru banyak keterbatasan. Sebab, kita belum resmi sebagai calon tuan rumah. Hingga justru penundaan ini memberikan banyak fleksibilitas sebagai peserta untuk promosi," ujar Oktohari saat melakukan telekonferensi dengan media di Jakarta, Senin.
Baca juga: Olahraga Indonesia alihkan fokus ke penanganan COVID-19
Baca juga: NOC Indonesia ajak induk organisasi olahraga jemput Olimpiade 2032
Oktohari mengatakan bahwa penundaan tersebut sebetulnya lebih banyak berpengaruh secara signifikan terhadap beban anggaran pemerintah yang membengkak. Belum lagi, memikirkan biaya promosi Indonesia sebagai calon tuan rumah serta agenda olahraga yang menumpuk di 2021.
"Penundaan ini secara persiapan menguntungkan, tapi secara anggaran kita harus benar-benar menghitung," katanya.
"Karena tahun depan saja agendanya sudah bertumpuk (beban anggaran pemerintah...dengan adanya itu, maka kita harus koordinasi lebih intensif dengan Kemenpora kaitannya terhadap anggaran kedepannya," ujarnya menambahkan.
Di tengah kondisi pandemi COVID-19 yang melanda, Oktohari mengaku agak canggung untuk membuat perencanaan terkait anggaran, sebab semua pihak kini beralih fokus ke dalam penanganan COVID-19.
Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Kemenpora Gatot S. Dewa Broto mengatakan bahwa pemerintah tetap berkomitmen mengajukan Indonesia sebagai calon tuan rumah Olimpiade 2032, meski adanya penundaan Olimpiade Tokyo.
"Komitmen kita untuk bidding Olimpiade 2032 tidak ada perubahan. Mau ada penundaan, kami sudah menginformasikan ke IOC dan Komite Olimpiade Tokyo," ujar Gatot.
Baca juga: Olimpiade ditunda, Kemenpora siapkan rencana anggaran tambahan
Baca juga: Perpani agendakan dua pelatnas untuk Olimpiade dan SEA Games
Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Bayu Kuncahyo
Copyright © ANTARA 2020