Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menjelaskan mekanisme bagaimana pekerja migran Indonesia di Malaysia dapat kembali ke daerah asal masing-masing di tengah pandemi COVID-19.Secara kronologis, mereka yang akan kembali ke Indonesia harus melalui pemeriksaan identitas lengkap, termasuk tujuan akhir saat nanti sampai di Indonesia
"Secara kronologis, mereka yang akan kembali ke Indonesia harus melalui pemeriksaan identitas lengkap, termasuk tujuan akhir saat nanti sampai di Indonesia," kata Muhadjir di kantornya di Jakarta, Selasa.
Muhadjir menyampaikan hal tersebut melalui video conference setelah mengikuti rapat terbatas yang dipimpin Presiden Joko Widodo dengan tema "Penanganan Arus Masuk WNI dan Pembatasan Perlintasan WNA".
"Dan bagaimana status yang bersangkutan sebelum berangkat, mereka harus mendapat health certificate dan akan dibantu kedutaan besar RI di tempat WNI itu berada," ucap Muhadjir menambahkan.
Baca juga: Panglima TNI-Presiden video conference tanggulangi COVID-19
Kepulangan mereka juga akan diatur sedemikian rupa sehingga terjadwal dan berlangsung bertahap dan dikendalikan dengan baik.
Presiden Jokowi dalam rapat mengatakan bahwa ia menerima laporan bahwa dalam beberapa hari ini setiap hari ada sekitar 3.000 pekerja migran yang kembali dari Malaysia. Di Malaysia sendiri menurut Presiden ada jutaan pekerja migran asal Indonesia.
"Sesampainya di Indonesia ada dua cara. Mereka yang pulang dari bandara dan pelabuhan penanganannya diserahkan ke KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan) serta juga melibatkan TNI dan Polri. Mereka akan diperiksa ulang kesehatannya, dicek ulang tujuan dan identititasnya," ungkap Muhadjir.
Oleh para dokter yang telah disiapkan, para WNI tersebut akan dipisahkan ke dalam dua status yaitu pertama, sehat atau tidak bergejala COVID-19 dan kedua, bergejala COVID-19.
"Jadi walau sudah health certificate tapi ada gejala akan dipisahkan. Nanti akan ada isolasi yang rencananya sudah disiapkan 4 tempat yaitu pertama di pusat-pusat karantina yang dikelola Kementerian Sosial yaitu tempat mengarantina para deportan yang bermasalah dengan imigrasi negara asal, pulau Galang, Kepulauan Natuna dan Pulau Sebaru, sedangkan yang sehat akan dikembalikan ke daerah masing-masing," tutur Muhadjir menjelaskan.
Mereka yang sehat akan dipilih sesuai daerah asalnya dan akan diangkut baik melalui jalur darat maupun laut.
Baca juga: Menko PMK: Presiden instruksikan pembenahan Pulau Galang dua minggu
"Mereka yang diangkut lewat laut memakai KRI dan berlabuh di tempat mereka mulai di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur atau Sumatera semua akan diangkut kapal KRI lalu sesampainya di sana akan ditangani pemerintah daerah mulai dari pelabuhan sampai tujuan akhir jadi tanggung jawab pemda masing-masing," ujar Muhadjir.
Sesampai di tempat tujuan mereka juga harus menjalani karantina mandiri.
"Di setiap desa oleh Kemendes juga disiapkan karantina-karantina kalau ada WNI yang datang dari luar negeri," ungkap Muhadji.
Sedangkan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan jumlah WNI yang berada di Malaysia mencapai lebih dari 1 juta orang. Pemerintah juga sudah memberikan bantuan kepada para pekerja migran Indonesia yang ada di Malaysia.
"Tadi subuh, saya sudah melakukan komunikasi dengan Konjen (konsulat jenderal) kita di Johor Baru sudah di pelabuhan Tulang Laut untuk memastikan proses teman-teman kita yang ingin pulang lancar, sedangkan Konjen kita di Kuching dan KBRI juga akan memberikan bantuan melalui Kuching bagi mereka yang pulang lewat darat," kata Retno melalui video conference.
Bantuan yang sudah disalurkan sudah mencapai 3.000 paket logistik.
"Perwakilan RI sudah berusaha untuk memberi bantuan kepada para WNI kita. Sudah lebih dari 3.000 bantuan logistik yang diberikan dan akan dilanjutkan sesuai dengan kebutuhan dan sesuai situasi di Malaysia yang dalam hal ini dalam status MCO (Movement Control Order), maka ini akan terus dikoordinasikan dengan pemerintah Malaysia," tambah Retno
Baca juga: Ribuan TKI terkena "lockdown" Malaysia akan pulang via Pelabuhan Dumai
Malaysia mulai menerapkan kebijakan lockdown atau MCO di negaranya guna menekan penyebaran COVID-19 mulai 19 Maret 2020.
Otoritas Malaysia sendiri telah menutup wilayah-wilayah perbatasan yang menghubungkan masuknya pengunjung asing. Tak hanya itu, pemerintah Malaysia juga menutup pengoperasian sejumlah perusahaan dan membatasi ruang gerak masyarakatnya.
Hingga Senin (30/3), jumlah positif COVID-19 di Indonesia mencapai 1.414 kasus dengan 75 orang dinyatakan sembuh dan 122 orang meninggal dunia.
Kasus positif COVID-19 ini sudah menyebar di 30 provinsi di Indonesia yaitu DKI Jakarta (698), Jawa Barat (180), Banten (128), Jawa Timur (91), Jawa Tengah (81), Sulawesi Selatan (50), Yogyakarta (18), Kalimantan Timur (17), Bali (19), Sumatera Utara (13), Papua (9), Kalimantan Tengah (7), Kepulauan Riau (3), Sumatera Barat (8), Lampung (8).
Selanjutnya Kalimantan Barat (8), Sulawesi Tenggara (3), Riau (2), Nusa Tenggara Barat (2), Sulawesi Utara (2), Aceh (5), Jambi (2), Sumatera Selatan (2), Kalimantan Selatan (5), Sulawesi Tengah (3), Maluku (1), Maluku Utara (1), Kalimantan Utara (2), Papua Barat (2), Sulawesi Barat (1), Bangka Belitung (1) dan yang masih dalam proses verifikasi di lapangan 37 kasus.
Baca juga: Dosen WNI positif COVID-19 di Sarawak meninggal dunia
Berdasarkan data dari situs Worldometers, hingga Selasa (31/3) siang terkonfirmasi di dunia ada 785.777 orang yang terinfeksi virus Corona dengan 37.815 kematian, sedangkan sudah ada 165.607 orang yang dinyatakan sembuh. Kasus di Amerika Serikat mencapai 164.253 kasus, di Italia 101.739 kasus, di Spanyol 87.956 kasus, di China sebanyak 81.518 kasus, di Jerman 66.885 kasus.
Jumlah kematian tertinggi bahkan saat ini terjadi di Italia yaitu sebanyak 11.591 orang, disusul Spanyol 7.716 orang, di China 3.305 orang, di Prancis 3.024 orang dan di Iran sebanyak 2.757 orang. Saat ini sudah ada lebih dari 186 negara yang mengonfirmasi kasus positif COVID-19 di negaranya.
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2020