Virus ini telah menginfeksi 1.462 orang di negara itu dan menewaskan lima orang.
Telkom telah bekerja dengan Institut Nasional untuk Penyakit Menular (NICD) dan Dewan Riset Ilmiah dan Industri (CSIR) untuk mengembangkan basis data, yang menggunakan data dari telepon seseorang untuk melacak di mana mereka berada.
Operator jaringan seluler mengatakan sistem itu mengumpulkan berbagai sumber data seperti GIS, atau pemetaan sistem informasi geografis, untuk melacak orang yang terinfeksi dan mengidentifikasi orang-orang yang telah terpapar virus.
"Ini mengurangi ketergantungan saat ini pada ingatan pasien sendiri tentang siapa mereka yang mungkin telah terpapar secara tidak sadar dan memungkinkan CSIR untuk menghubungi orang-orang yang berada yang pernah kontak dengan pasien."
Baca juga: Afrika Selatan laporkan kasus pertama virus corona
Departemen Kesehatan masih akan menggunakan pejabat untuk melacak kontak pertama dan memastikan pengujian untuk kontak sekunder di komunitas tertentu, tambahnya.
Telkom telah bermitra dengan Samsung untuk mendistribusikan 1.500 telepon seluler kepada orang-orang yang disewa untuk melacak orang-orang di provinsi yang paling parah terkena virus.
Ponsel akan terhubung secara gratis menggunakan paket FreeMe Telkom untuk 6 bulan ke depan.
Dalam konferensi pers Kamis malam, Menteri Komunikasi Stella Ndabeni-Abrahams mengatakan pemerintah menghormati hak semua orang atas privasi dan basis data tidak akan digunakan untuk memata-matai warga.
Negara-negara lain seperti Singapura, Korea Selatan, Rusia dan Jerman juga berencana untuk meluncurkan aplikasi serupa.
Sumber : Reuters
Baca juga: Ratusan ribu warga Afrika Selatan akan dites virus corona
Baca juga: Tanggulangi penyebaran corona, negara-negara Afrika tutup perbatasan
Pewarta: Azis Kurmala
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020