Laku Pancasila di Tengah Wabah Corona

3 April 2020 14:18 WIB
Laku Pancasila di Tengah Wabah Corona
Laku Pancasila di tengah wabah Corona (HO-BPIP)

Hari-hari ini kita dihadapkan pada upaya bersama menghadapi wabah virus corona (COVID-19) yang telah menjadi bencana global. Kehadiran COVID-19 tersebut membuat masyarakat berada dalam situasi yang tidak nyaman dan penuh ketidakpastian.

Hingga hari ini, Jumat (3/4/2020), lebih dari 1 juta orang di dunia telah terinfeksi virus corona dengan tingkat kematian sekitar 5 persen, sejak wabah virus corona terjadi pada akhir Desember 2019.

Di Indonesia sendiri, hingga saat ini sudah ada 1.790 kasus yang positif COVID-19, di mana sebanyak 1.508 menjalani perawatan di rumah sakit, 170 meninggal dan 112 orang dinyatakan sembuh

Hingga saat ini pemerintah masih memberlakukan langkah pembatasan sosial atau social distancing dalam meredam penyebaran virus corona yang telah mewabah.

Baca juga: COVID-19, TNI-ACT gelar operasi pangan gratis kepada masyarakat

Berbagai langkah yang dilakukan dan belum adanya titik terang kapan wabah ini berakhir, maka bisa memunculkan frustasi massal sebagai akibat dari tingginya jumlah korban dan kedalaman luka yang memuncak.

“Saat sulit terjadi, banyak yang dapat kita lakukan bersama, membagi susu untuk anak-anak dan berbagi masker untuk masyarakat pra sejahtera,” ujar Liana Christianty, Ikon Prestasi Pancasila 2019.

Liana tidak sekedar berbicara, ia dan teman-temannya secara berkala terjun langsung ke masyarakat bawah di lingkungannya di Surabaya dengan memberikan penyuluhan, bantuan pangan dan masker kepada para pemulung dan keluarganya yang kehilangan pencaharian karena tidak bisa memulung sejak merebaknya COVID-19.

Liana tidak sendirian. Di Semarang terdapat Budi Laksono yang melakukan gerakan stop corona dengan bagi-bagi gratis 'hand sanitizer' ke relawan kesehatan, rumah sakit dan juga masyarakat.

Baca juga: Dompet Dhuafa bagikan 1.000 paket sembako cegah penyebaran COVID-19

Selain itu ada ibu guru kembar Rossy dan Rian yang membantu anak-anak kolong jembatan untuk bersekolah dan pangan serta pelindung kesehatan.

Dari Yogyakarta terdapat Direktur Teknik PSSI Indra Sjafri yang memilih untuk menerapkan kerja dari rumah sesuai anjuran Pemerintah. Dari kediamannya ia tetap berkomunikasi jarak jauh dengan timnya di Jakarta.

Pelatih yang berhasil memberikan gelar juara Piala AFF U022 pada 2019 ini juga terus menjaga kebugarannya dengan melakukan olahraga setiap pagi dan sore. Ia ingin membuktikan bahwa COVID-19 tidak menyebabkan kegiatan terhenti.

Dari Malang, ada Redy Eko Prastyo, pegiat Jaring Kampung Nusantara yang juga pengajar di Universitas Brawijaya. Redy secara aktif mengoordinasikan gerakan masyarakat untuk tidak takut melawan corona dengan membuat lagu Tangguh dan terjun langsung bergotong royong melakukan bersih-bersih kampung dan menyediakan perangkat cuci tangan di setiap rukun tetangga.

Berbagai kegiatan yang mereka lakukan di atas merupakan contoh kecil kegiatan yang membuktikan bahwa belum habis stock aktualisasi nilai-nilai Pancasila di masyarakat. Kegiatan yang dilakukan tersebut merupakan bentuk kemanusiaan yang adil beradab dalam hakikat yang sesungguhnya.

Baca juga: Asosiasi Perlebahan Indonesia sumbang madu bagi medis COVID-19

Drama politik yang dihadirkan para elit politik dan buzzer tidak membuat kemanusiaan hilang. Pada dasarnya manusia harus menolong manusia lain bagaimanapun kondisinya.

        Aktualisasi Pancasila 

Kegiatan yang mereka lakukan menunjukkan kehadiran Pancasila dalam berbagai aktivitas anak bangsa. Mereka menguatkan Pancasila pada ruang-ruang keseharian, pada praktik-praktik aktual yang tampak di keseharian.

Namun demikian penguatan Pancasila kiranya tidak dapat berjalan baik tanpa peran serta Pemerintah untuk memberikan pemahaman nilai-nilai Pancasila sejak dini di keluarga dan sekolah. Hal ini diperlukan agar jarak antara nilai-nilai Pancasila yang diajarkan dan laku keseharian tidak melebar.

Karenanya pelaksanaan pendidikan Pancasila yang baik sangat diperlukan, agar tidak dianggap rendah dan cenderung disepelekan seperti pada masa lalu. Pada masa lalu anak didik dilatih untuk mengetahui hal yang benar, tetapi tidak terlatih melakukannya.

Tantangan berikut bagi pendidikan Pancasila adalah adaptasi terhadap penggunaan teknologi. Bagaimana nilai-nilai Pancasila dapat dioperasikan dalam kehidupan keseharian sesuai perkembangan zaman.

Baca juga: Komunitas TurunTangan Jakarta bagikan 4.000 paket kesehatan

Untuk itu nilai-nilai Pancasila perlu diaktualisasikan atau beroperasi dalam laku keseharian Pancasila yang disemai melalui berbagai proses pendidikan di sekolah, keluarga, masyarakat, bahkan di dunia maya.

Kita mesti memanfaatkan berbagai aplikasi teknologi untuk membantu individu atau kelompok yang mengalami kesulitan seperti yang ditunjukkan aplikasi kitabisa.com. Melalui aplikasi tersebut, berbagai bantuan dapat diberikan

kepada siapa pun yang membutuhkan tanpa melihat latar belakang agama, kelompok, suku, ataupun identitas lainnya. Hanya dengan sekali klik, begitu banyak individu atau kelompok yang tertolong.

Akhirnya, laku Pancasila dalam keseharian, tidak hanya saat menghadapi bencana seperti COVID-19, hanya bisa hadir dengan upaya keras dari segenap pihak-pihak yang menyadari bahwa lima sila penting dalam memandu langkah bangsa ini di masa kini dan masa depan.

Perwujudan nilai-nilai Pancasila harus melekat dalam setiap laku anak-anak bangsa.

Oleh Direktur Sosialisasi, Komunikasi dan Jaringan BPIP Aris Heru Utomo ​​​​​​​

Pewarta: Aris Heru Utomo, Joko Susilo
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2020