Pengusaha konveksi rumahan di kawasan Pondok Kelapa, Jakarta Timur memproduksi alat pelindung diri (APD) tenaga medis berupa hazmat untuk memenuhi permintaan rumah sakit.Satu pekerja saya paling top produksi bisa 20 hazmat sehari
"Satu pekerja saya paling top produksi bisa 20 hazmat sehari. Saya ada sepuluh pekerja di rumah," kata pengusaha konveksi, Indra, di Jakarta, Jumat.
Info dari laman wikipedia menyebut pakaian hazmat (hazmat adalah singkatan dari hazardous materials atau bahan-bahan berbahaya), atau dikenal juga dengan nama pakaian dekontaminasi, adalah perlengkapan perlindungan pribadi yang terdiri dari bahan yang impermeabel dan digunakan untuk proteksi melawan material berbahaya.
Pakaian ini biasanya dilengkapi dengan alat bantu pernapasan mandiri untuk memastikan yang menggunakannya mendapat pasokan udara untuk bernafas. Pakaian ini biasanya digunakan oleh pemadam kebakaran, teknisi medis darurat, paramedis, peneliti, petugas yang bereaksi atas kebocoran material berbahaya, tenaga ahli yang membersihkan daerah terkontaminasi, dan pekerja di lingkungan beracun.
Baca juga: Kenakan pakaian hazmat ke bandara, Naomi Campbell ingin "terlindungi"
Ia menjelaskan, APD tersebut diproduksi menggunakan bahan "spunbond" yang diklaim memenuhi standar dari Kementerian Kesehatan.
Hazmat tersebut diproduksi lengkap dengan penutup alas kaki untuk keamanan tenaga medis.
Indra memproduksi produk tersebut di rumahnya RT08 RW01 Kelurahan Pondok Kelapa, Kecamatan Duren Sawit bersama sepuluh pekerja.
"Produksinya saya buat dengan mencontoh model yang diberikan teman saya dari rumah sakit," katanya.
Baca juga: Jakarta terima bantuan APD terbanyak disusul Jawa Barat
Sedikitnya 100 APD mampu diproduksi Indra untuk didistribusikan ke sejumlah konsumen dari kalangan pekerja rumah sakit hingga dermawan.
Indra hanya menawarkan harga jasa menjahit saja untuk konsumen, sementara bahan seluruhnya dibawa pemesan.
"Hanya jasa jahitnya saja, bahan dari mereka," katanya tanpa menyebut berapa biaya jasa yang diberikan.
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2020