Sementara pasien yang mengalami gejala lebih ringan atau bahkan yang tidak menunjukkan gejala apapun bisa dirawat di rumah. Langkah ini memunculkan perhatian tentang tekanan terhadap sistem kesehatan Jepang.
Hingga saat ini, Jepang masih menyediakan perawatan rumah sakit bagi seluruh pasien COVID-19 tanpa mengesampingkan gejala mereka. Namun, para akar menyebut ranjang-ranjang rumah sakit kebanyakan menumpuk di ibu kota Tokyo dan kurang di kota lainnya.
Gubernur Tokyo Yuriko Koike sebelumnya menyebut bahwa pihaknya akan memprioritaskan keselamatan nyawa pasien yang berada dalam kondisi serius serta meminta masyarakat sehat untuk tetap tinggal di rumah.
Jepang--bagaimanapun tidak mengalami lonjakan kasus seperti yang terjadi beberapa negara di Eropa atau Amerika Serikat-- per hari ini melaporkan sebanyak total 2.617 kasus, menurut data mutakhir worldometers.info, sementara jumlah kasus corona secara global telah melampaui angka satu juta.
Baca juga: Infeksi corona di Jepang capai 2.000 kasus
Kota Tokyo sendiri adalah lokasi dengan kasus infeksi terbanyak di Jepang dengan catatan sebanyak 684 kasus yang relatif kecil jika dibandingkan dengan jumlah populasi yang menghuni kota itu sebanyak hampir 14 juta jiwa.
Namun, para ahli mengkhawatirkan kenaikan persentase tersebut dari kasus-kasus yang saat ini belum dapat terlacak.
Menurut laporan Kantor Berita Jepang Kyodo, beberapa orang yang menghadiri pentas musik di Shibuya pada 20 Maret, berikut seorang penampil, dinyatakan positif COVID-19. Lokasi itu menambah jumlah klaster penularan corona per akhir Maret menjadi 26 lokasi, berdasarkan data Kementerian Kesehatan.
Kondisi demikian membuat sejumlah pihak meminta Perdana Menteri Shinzo Abe untuk mengumumkan status darurat nasional, misalnya seorang miliarder pengusaha, pemilik perusahaan perdagangan daring Rakuten, Hiroshi Mikitani.
"Bagaimana mungkin Anda mengatakan ini bukanlah situasi darurat? Bapak Abe, tolong nyatakan status darurat saat ini juga!" tulis Mikitani dalam cuitan di Twitter.
Sumber: Reuters
Baca juga: Jepang desak warga tidak kunjungi 73 negara dan wilayah
Baca juga: Mulai 3 April 2020, WNI tidak diizinkan masuk ke Jepang
Pewarta: Suwanti
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020