Menurut Speranza, saat ini masih terlalu dini untuk menyatakan kapan Italia mampu mencabut karantina wilayah yang diberlakukan di seluruh negeri sejak 9 Maret lalu---ketika Italia menjadi negara pertama di Eropa yang memberlakukan aturan tersebut untuk memperlambat penyebaran virus.
Dengan lebih dari 15 ribu korban meninggal dunia, Italia memiliki angka kematian tertinggi akibat virus tersebut, atau mencakup seperempat dari total kematian secara global. Namun, pemerintah setempat juga berhadapan dengan kehancuran ekonomi yang disebabkan oleh mandeknya bisnis yang mendadak di seluruh negeri.
"Ada bulan-bulan yang sulit di depan. Tugas kami adalah menciptakan kondisi untuk hidup dengan virus," setidaknya sampai vaksin dikembangkan, kata Speranza kepada harian La Repubblica, kemudian menambahkan bahwa beberapa tindakan jarak sosial juga harus tetap ada.
Peningkatan harian terendah pada angka kematian COVID-19 selama hampir dua minggu pada Sabtu (4/4) dan penurunan pertama pada jumlah pasien dalam perawatan intensif telah memberi harapan bahwa epidemi mungkin telah mencapai puncaknya di Italia, yang mulai memusatkan perhatian pada fase berikutnya untuk merespons krisis.
Karantina nasional, yang secara ketat membatasi pergerakan rakyat dan membekukan semua kegiatan ekonomi yang tidak penting, secara resmi akan berlangsung setidaknya hingga 13 April, tetapi secara luas diperkirakan akan diperpanjang.
"Jika kita tidak teliti, kita berisiko menyia-nyiakan semua upaya yang telah kita lakukan," kata Speranza dalam komentar terpisah kepada harian Corriere della Sera.
Speranza mengatakan dia telah mengeluarkan catatan yang menguraikan lima prinsip di mana pemerintah berencana untuk mengelola apa yang disebut "fase dua" darurat, ketika pembatasan mulai dilonggarkan tetapi belum kembali sepenuhnya ke kondisi normal.
Dia mengatakan jarak sosial harus tetap diberlakukan, dengan penggunaan perangkat perlindungan diri seperti masker wajah, sementara sistem kesehatan lokal akan diperkuat, untuk memungkinkan perawatan yang lebih cepat dan lebih efisien dari dugaan kasus COVID-19.
Pengujian dan "pelacakan kontak" akan diperluas, termasuk dengan penggunaan aplikasi ponsel cerdas dan bentuk teknologi digital lainnya sementara jaringan rumah sakit yang didedikasikan khusus untuk merawat pasien COVID-19 akan dibentuk.
"Sampai vaksin didistribusikan, kita tidak bisa mengesampingkan gelombang baru virus," katanya.
Sumber: Reuters
Baca juga: Italia "lockdown", KBRI Roma tetap sediakan layanan untuk 3.130 WNI
Baca juga: Italia darurat COVID-19, beli masker dibatasi 2-5 lembar per hari
Baca juga: Italia perpanjang karantina wilayah sampai Paskah April
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020