Jubir: Empat strategi pemerintah atasi COVID-19

8 April 2020 20:03 WIB
Jubir: Empat strategi pemerintah atasi COVID-19
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto di Gedung Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jakarta, Senin (6/4/2020). ANTARA/www.covid19.go.id/pri.
Juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19, Achmad Yurianto mengemukakan pemerintah membuat empat strategi yang secara konsisten akan dilakukan untuk menguatkan kebijakan physical distancing sebagai strategi dasar demi mengatasi pandemi COVID-19.

Strategi pertama sebagai penguatan strategi dasar itu adalah dengan gerakan masker untuk semua yang mengampanyekan kewajiban memakai masker saat berada di ruang publik atau di luar rumah.

"Karena kita tidak tahu apa orang di sekitar kita menderita COVID-19 tanpa gejala atau biasa disebut tanpa gangguan. Karenanya dengan pakai masker, kita yakini kita gak rentan pada penularan COVID-19 ini," ujar Yuri di Gedung BNPB Jakarta, Rabu.

Baca juga: Pemerintah sudah periksa 14.354 spesimen terkait COVID-19

Baca juga: Terbaru, 204 orang sembuh dan 2.738 positif COVID-19 di Indonesia


Strategi kedua, lanjut Yuri, adalah penelusuran kontak (tracing) dari kasus positif yang dirawat dengan menggunakan rapid test atau tes cepat, di antaranya adalah orang terdekat, tenaga kesehatan yang merawat pasien COVID-19, serta pada masyarakat di daerah yang ditemukan kasus banyak.

"Inilah gunanya pemerintah tentukan kebijakan untuk lakukan skrining atau pemeriksaan penapisan dengan rapid test. Alat rapid test sudah didistribusikan lebih dari 450 ribu kit ke seluruh Indonesia. Tujuannya untuk penjaringan kasus penelusuran kontak pada tenaga kesehatan dan komunitas di wilayah yang banyak kasus positif. Ini strategi awal yang dilakukan terkait tes," kata Yuri.

Strategi ketiga adalah edukasi dan penyiapan isolasi secara mandiri pada sebagian hasil tracing yang menunjukkan hasil tes positif dari rapid tes atau negatif dengan gejala untuk melakukan isolasi mandiri.

"Isolasi ini bisa dilakukan mandiri atau berkelompok seperti diinisiasi oleh beberapa kelompok masyarakat. Ini positif patut diapresiasi. Sehingga, saudara kita bisa lakukan dengan baik tanpa ada stigmatisasi dan upaya mengucilkan," ujarnya.

Baca juga: Masyarakat diminta kenakan masker kain cegah COVID-19

Dari kelompok inilah, lanjut dia, kemudian dilakukan tes ulang ditemukan positif atau keluhan klinis yang memburuk, baru akan dilakukan pengecekan antigen melalui metode PCR demi efektifitas pemeriksaan.

"Sampai sekarang kita sudah laksanakan pemeriksaan lebih dari 15 ribu. Ketersediaan reagen untuk PCR sudah ada sampai 200 ribu. Tes PCR, kita tes untuk menegaskan diagnosa dari mekanisme skrining yang terarah, sehingga persentase positif dari PCR ini relatif tinggi. Karena kita melakukan tidak dengan metode acak, tapi terpilih dan terstruktur dimulai dari awal," tuturnya.

Strategi keempat adalah isolasi rumah sakit yang dilakukan kala isolasi mandiri tidak mungkin dilakukan, seperti karena ada tanda klinis yang butuh layanan definitif di rumah sakit, termasuk dilakukan isolasi di RS darurat,  baik di Wisma Atlet maupun di Pulau Galang yang akan diikuti beberapa daerah untuk melakukan isolasi kasus positif dengan gejala klinis ringan hingga sedang yang tidak mungkin laksanakan isolasi mandiri.

Baca juga: Jubir: Sumbangan Rp82,5 miliar akan dipertanggungjawabkan dengan baik

"Puncaknya adalah RS rujukan, untuk penanganan kasus dengan keluhan sedang hingga berat yang butuh peralatan bantu yang spesifik termasuk ventilator. Strategi ini kita lakukan dalam rangka mengefektifkan, mengefisienkan dan tepat sasaran saat kita gunakan sumber daya yang kita miliki. Inilah langkah-langkah yang dilakukan dan akan terus konsisten dilakukan," ucap Yuri menambahkan.

Kendati demikian, Yuri mengingatkan bahwa ujung tombak penanggulangan ini adalah di tengah masyarakat. Bagaimana pondasi mencegah penularan diperkuat dan hal-hal yang harus dilakukan adalah gunakan masker kain, karena masker bedah dan N95 hanya untuk petugas medis.

Baca juga: Achmad Yurianto: Isolasi mandiri bukan berarti diasingkan

Selain itu, lanjutnya, cuci tangan pakai sabun dan air mengalir, hindari kerumunan, jaga kesehatan diri sendiri, jangan lakukan perjalanan ke manapun, ke luar rumah hanya diperlukan, selebihnya di rumah. "Kita bisa lindungi diri kita, keluarga kita, tetangga kita, dan bangsa kita. Hanya kita dan kita sajalah yang bisa lindungi bangsa ini hadapi COVID-19," kata Yuri.

Hingga Rabu (8/4), Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 mencatat kasus positif penyakit yang disebabkan virus corona jenis baru di Indonesia hampir menyentuh angka 3.000, tepatnya sebanyak 2.956 kasus, sementara 222 pasien sembuh dan 240 orang meninggal dunia.

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020