Pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Surabaya, Jawa Timur, memproduksi alat pelindung diri (APD) berupa baju hazmat untuk membantu tenaga medis yang menangani pasien COVID-19.saat ini yang sulit adalah bahan baku sehingga diharapkan pemerintah mengimpor bahan Non-Woven Polypropylene Spunbond 75 gram agar tetap bisa memproduksi dan memenuhi kebutuhan APD dengan harga terjangkau
"Ini sebagai bentuk partisipasi kami untuk tenaga medis, mengingat hingga kini masih kekurangan APD, padahal mereka di garda terdepan," ujar salah seorang pelaku UMKM, Andy Hwantono kepada wartawan di Surabaya, Jumat.
Sebelum merebaknya COVID-19, ia adalah pelaku UMKM yang memproduksi tas, namun saat ini beralih membuat APD, termasuk pelindung wajah bagi tenaga medis serta masker kain.
Baca juga: Ratusan ribu masker kain produksi UMKM dibagikan ke warga Surabaya
Saat awal COVID-19 menjangkiti Jatim, ia sempat berpikir merumahkan puluhan pegawainya karena tak ada pesanan.
Namun, kata dia, rekanannya dari instansi pemerintahan maupun swasta yang juga pelanggan tas produksinya menginformasikan tingginya harga baju hazmat sehingga diminta memproduksinya.
"Akhirnya kami membuat, tentu tetap dengan standar medis. Ada yang kami sumbangkan, tapi ada juga pesanan. Intinya, kami berusaha membantu sebisanya," ucapnya.
Dalam sehari, ia mampu membuat 500-700 baju hazmat pesanan dalam dan luar kota.
Baca juga: MBC Jatim sumbang baju APD Hazmat ke dua rumah sakit di Surabaya
Hanya, lanjut dia, saat ini yang sulit adalah bahan baku sehingga diharapkan pemerintah mengimpor bahan Non-Woven Polypropylene Spunbond 75 gram agar tetap bisa memproduksi dan memenuhi kebutuhan APD dengan harga terjangkau.
"Bahan baku yang sekarang harganya tinggi sekali, dan satu sisi bahannya juga langka. Jadi, sekarang ini ketersediaan bahan baku sangat dibutuhkan," katanya.
Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020