• Beranda
  • Berita
  • Pengungsi kirim makanan bantu tenaga medis lawan COVID-19 di Portugal

Pengungsi kirim makanan bantu tenaga medis lawan COVID-19 di Portugal

14 April 2020 15:28 WIB
Pengungsi kirim makanan bantu tenaga medis lawan COVID-19 di Portugal
Pengungsi Suriah Ramia Ghumim memasak makanan untuk petugas kesehatan di restorannya Tayybeh di Lisbon, Portugal (9/4/2020). ANTARA/REUTERS/Alan Ghumim/pri.

Perbuatan itu menunjukkan bahwa dalam sebuah masyarakat , kita harus selalu ada buat satu sama lain

Seorang perawat di Portugal, Nuno Delicado, yang letih dan kelaparan menerima kejutan menyenangkan dari sebuah restoran Suriah, yaitu kiriman makanan ke rumah sakit di Lisbon, tempat ia bertugas merawat pasien COVID-19.

Namun, kisah mengharukan yang datang dari para juru masak itulah yang membuat Delicado terkejut.

Tayybeh merupakan restoran milik pasangan pengungsi asal Suriah yang melarikan diri dari negaranya karena perang beberapa tahun lalu. Sejak pertengahan Maret, Ramia Abdalghani dan Alan Ghumim, keduanya berusia 36 tahun, telah mengirimkan makanan gratis ke para tenaga kesehatan yang berjuang melawan pandemi di ibu kota Portugal, Lisbon.

"Kami dibantu oleh orang-orang yang telah melalui masa sulit," kata Delicado, 33. "Ini jadi pelajaran yang berharga bagi kita semua," tambah dia.

"Perbuatan itu menunjukkan bahwa dalam sebuah masyarakat, kita harus selalu ada buat satu sama lain," terang Delicado.

Baca juga: Gaji pemain Sporting dipotong 40 persen akibat pandemi virus corona
Baca juga: Belasan penghuni panti jompo di Portugal meninggal akibat corona


Pemerintah Portugal telah melaporkan 16.900 kasus positif COVID-19 dan 535 di antaranya meninggal dunia.

Sebagian besar tenaga kesehatan tidak memiliki waktu cukup untuk menyiapkan bekal makanan dari rumah, sementara kantin di rumah sakit tutup akibat aturan karantina wilayah. Alhasil, mereka bergantung dengan sejumlah restoran seperti Tayybeh untuk mendapatkan makanan, kata Delicado.

Pasangan pemilik Tayybeh pindah ke Portugal empat tahun lalu, tetapi baru pada tahun lalu, mereka membuka sebuah restoran di Lisbon setelah mencoba banyak usaha. Di ibu kota Portugal itu, mereka tinggal bersama dua anak.

Mereka ingin memperlihatkan panganan khas Suriah ke masyarakat Portugal.

"Kami bukan hanya tank dan senjata. Kami memiliki budaya, kota-kota bersejarah, dan ada banyak hal yang ingin kami coba perlihatkan ke pelanggan," kata Alan, pemilik restoran.

Keluarga pengungsi itu merasa seperti di rumah setibanya mereka di Portugal, terang Alan, sehingga di saat negara itu terdampak virus, mereka ingin turut membantu.

"Di saat kalian melarikan diri dari perang, anda menghadapi bencana, tetapi juga melihat siapa yang ada untuk kalian," kata Alan. "Dari banyak hal yang kami coba lakukan di Portugal, kami ingin membalas budi kepada masyarakat yang menyambut kami dengan tangan terbuka," jelas dia.

Para tenaga kesehatan di Lisbon hanya perlu menelpon dan memberi tahu seberapa banyak makanan yang dibutuhkan. Setelah itu, pasangan itu pun mulai bekerja membuat makanan untuk mereka.

Mereka memasak panganan khas Suriah seperti Daoud Basha dan Hummus.

Makanan itu dapat diambil langsung dari restoran mulai dari siang sampai malam hari.

Di laman Facebooknya, pemilik restoran menulis: "Kami menyampaikan terima kasih ke para tenaga kesehatan yang berhak menikmati makan malam yang tenang bersama keluarga usai bekerja, sehingga mereka dapat kembali ke medan perang untuk kita semua tiap harinya".

Sumber: Reuters

Baca juga: Presiden Portugal jadi contoh isolasi diri meski negatif corona
Baca juga: Cristiano Ronaldo bantu keuangan klub amatir lokal



 

Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020