Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menegaskan bahwa neraca terhadap 11 komoditas pangan dalam keadaan surplus atau memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia, terutama di tengah masa pandemi COVID-19.Kalau dilihat ketersediaan kita, neraca kita khususnya protein daging, termasuk daging sapi, kerbau, ayam serta telur semua surplus....
"Kalau dilihat ketersediaan kita, neraca kita khususnya protein daging, termasuk daging sapi, kerbau, ayam serta telur semua surplus. Saya melihat bahwa 11 pangan dasar pun surplus," kata Mentan Syahrul dalam sambutannya pada penandatanganan kerja sama di Kantor Pusat Kementerian Pertanian Jakarta, Selasa.
Sebelumnya saat melakukan konferensi virtual dengan petani di sejumlah kabupaten di Indonesia, Mentan Syahrul menyaksikan ada 332 titik yang menggambarkan kabupaten yang sedang panen padi dan jagung antara lain di Serdang Bedagai, Banyuasin, Bengkulu Selatan, Rejang Lebong, Cianjur, Balangan, Barru, Banggai, Konawe Selatan, Sumbawa Barat, Dompu dan Nagekeo.
Baca juga: Gugus Tugas sebut stok pangan mencukupi hingga empat bulan ke depan
Kementan memperkirakan puncak panen raya akan berlangsung pada April seluas 1,73 juta hektare dengan produksi 5,27 juta ton setara beras dan berlanjut pada Mei dengan luas panen sekitar 1,38 juta ha atau setara produksi 3,81 juta ton beras. Luas panen Mei ini masih lebih tinggi dari Maret lalu.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian, perkiraan pasokan ketersediaan pangan strategis nasional untuk maret hingga Agustus 2020, yakni untuk beras tersedia 25,6 juta ton dari kebutuhan 15 juta ton.
Sementara itu, jagung ketersediaan sebanyak 13,7 juta ton dari keburuhan 9,1 juta ton; bawang merah tersedia 1,06 juta ton dari kebutuhan 701.482 ton; cabai besar tersedia 657.467 ton dari kebutuhan 551.261 ton.
Daging kerbau/sapi tersedia 517.872 ton (290.000 ton di antaranya berasal dari impor) dari kebutuhan 376.035 ton; daging ayam ras 2 juta ton dari kebutuhan 1,7 juta ton dan minyak goreng 23,4 juta ton dari kebutuhan 4,4 juta ton.
"Ketersediaan kita cukup. Mudah-mudahan tidak ada kepanikan, trader (pedagang) yang panik, atau pengusaha yg menimbun. Kalau semua berjalan normal, neraca kita cukup seluruh Indonesia," kata Mentan Syahrul.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo memerintahkan jajaran menterinya untuk me cermati peringatan Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) tentang potensi kelangkaan atau bahkan krisis pangan dunia akibat situasi pandemi virus corona baru (COVID-19).
Baca juga: Pemprov Jatim jamin ketersediaan pangan selama pandemik COVID-19
Presiden, dalam rapat terbatas melalui konferensi video dari Istana Merdeka, Jakarta, Senin (13/4) memerintahkan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian untuk mengingatkan setiap kepala daerah agar mampu menjaga ketersediaan bahan pokok.
“Peringatan dari FAO agar betul-betul kita perhatikan, kita garis bawahi mengenai peringatan bahwa pandemi COVID-19 ini bisa berdampak pada kelangkaan pangan dunia atau krisis pangan dunia,” ujarnya, dalam rapat terbatas mengenai Laporan Tim Gugus Tugas Covid-19 itu.
Merujuk pada situs resmi FAO, tekanan akibat COVID-19 dalam rantai pasokan bahan pangan masih minim. Namun, terdapat tantangan ke depan dalam alur logistik. Hal ini juga karena distribusi bahan makanan perlu berjalan tanpa batasan, dan sesuai dengan standar keamanan pangan yang ada.
Untuk mengurangi dampak pandemi pada pangan dan pertanian, FAO meminta negara-negara di dunia untuk memenuhi kebutuhan pangan dari populasi rentan. Kemudian negara-negara di dunia juga perlu meningkatkan program perlindungan sosial, menjaga perdagangan pangan global terus berjalan, menjaga rantai pasokan domestik tetap bergerak, dan mendukung kemampuan petani kecil untuk meningkatkan produksi pangan.
Baca juga: Regenerasi petani, Kementan kukuhkan 67 duta milenial pertanian
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020