• Beranda
  • Berita
  • Curhatan dokter MotoGP bantu tangani kasus COVID-19 di Italia

Curhatan dokter MotoGP bantu tangani kasus COVID-19 di Italia

15 April 2020 07:20 WIB
Curhatan dokter MotoGP bantu tangani kasus COVID-19 di Italia
Ilustrasi: Seorang staf medis dengan pakaian pelindung terlihat di depan seorang pasien dengan penyakit virus korona (COVID-19) di dalam sebuah unit perawatan intensif (ICU) di rumah sakit San Raffaele, Milan, Italia, Jumat (27/3/2020). ANTARA/REUTERS/Flavio Loscalzo/pri.
Michele Zasa, dokter yang biasa ditugaskan bersama MotoGP, menceritakan pengalamannya ketika membantu penanganan kasus terkait COVID-19 di kampung halamannya di Italia.

Pandemi virus corona telah memaksa MotoGP menunda musim balapan 2020 sedangkan Italia sendiri menempati peringkat tiga negara dengan jumlah kasus COVID-19 terbanyak setelah Amerika Serikat dan Spanyol.

"Saat ini saya di Italia. Saya ditempatkan di Italia di luar paddock dan balapan," kata Zasa lewat video conference di laman resmi MotoGP, Selasa.

Baca juga: Vinales donasikan alat-alat kesehatan untuk rumah sakit di Girona

Zasa sehari-hari menjalani profesi dokter di Italia ketika tidak sedang ikut rombongan MotoGP keliling dunia.

Sejak akhir Februari lalu, Zasa yang spesialisasinya di bidang anastesiologi dan perawatan intenfis telah membantu penanganan kasus COVID-19 di Italia yang hingga kini sedikitnya tercatat 159.000 orang terinfeksi, dan 20.000 di antaranya meninggal dunia.

"Pada dasarnya kami ditugaskan dengan mobil reaksi cepat untuk sebagian besar kasus yang paling serius, bisa apa saja. Tapi 95-99 kasus di beberapa bulan terakhir ini sebagian besar berkaitan dengan COVID-19," kata Zasa.

"Di tahap sekarang ini, sebagian dari tim saya bekerja untuk keadaan darurat ini. Ada 10 dokter yang bertugas di bangsal COVID-19, bangsal khusus yang diciptakan untuk merawat pasien dengan COVID-19. Kami juga punya tiga teknisi radiologi."

Baca juga: Grand Prix MotoGP Italia dan Catalunya ditunda

Setelah sekira satu setengah bulan berada di garda terdepan, Zasa kiranya merasa ada secercah harapan.

Pasalnya, "dalam lima hari terakhir, situasinya sedikit lebih baik. Kami memiliki lebih sedikit kasus dan semoga dalam beberapa pekan akan sama di negara-negara lain, jadi saya melihat ada secercah harapan untuk masa depan," kata dia.

Tapi di saat yang sama, masalah yang terjadi di Italia dan juga negara-negara lain, adalah banyaknya orang yang tidak memahami situasi krisis kesehatan global tersebut.

Ketika awal merebaknya kasus COVID-19 di Italia, tak jarang sejumlah wali kota turun langsung ke jalan untuk memperingatkan warganya yang masih berkeliaran di tempat umum untuk pulang ke rumah.

Baca juga: Duel ketat dengan Vinales, Bagnaia juara balap virtual ke-2 MotoGP

"Itu adalah cara termudah untuk menularkan virus ke orang-orang sekitar," kata Zasa soal warga yang belum patuh terhadap penerapan aturan pembatasan.

"Kami tak memiliki cukup ruang perawatan intensif, dan kami tak ingin ruang itu penuh karena pertarungan sebenarnya bukanlah di ruang perawatan intensif melainkan di jalanan, di rumah, kita mencoba untuk tidak terinfeksi."

Pemerintah setempat berusaha untuk mendatarkan kurva dan menekan angka kasus infeksi mengingat sumber daya medis yang terbatas.

"Utamanya adalah tetap tinggal di rumah, jaga diri. Ini sangat penting dan tidak main-main," kata Zasa.

"Jika keadaan kembali normal, ini akan penting bagi kita semua khususnya bagi kami para dokter karena kami telah melihat hal-hal yang mengerikan akhir-akhir ini. Kami hanya ingin semuanya kembali normal," pungkasnya.

Baca juga: Obati kerinduan fans, MotoGP akan hadirkan balapan virtual
Baca juga: Alex Marquez menangi balapan virtual perdana MotoGP
Baca juga: Rossi menikmati debutnya di balapan virtual MotoGP

Pewarta: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2020