Jadi bukan hanya penting bagi kaum lansia untuk diberikan penyuluhan mengenai bagaimana menjaga sanitasi diri dan mitigasi medis, kita juga perlu membentuk sistem atau ekosistem dukungan sosial berkesinambungan yang akan berdampak sangat positif seca
KBRI Washington DC menyelenggarakan penyuluhan kesehatan mental secara virtual bagi WNI lansia di Amerika Serikat, berkaitan dengan krisis COVID-19.
Bertajuk Gaya Hidup Sehat di Tengah Pandemi COVID-19 di Kalangan Lansia di Amerika Serikat (AS), kegiatan itu dilaksanakan pada Selasa (14/4) waktu setempat dan diikuti oleh sekitar 65 peserta konferensi video, yang sebagian besar adalah WNI lansia di wilayah District of Columbia, Maryland, dan Virginia (DMV).
Selain berisi paparan umum mengenai gaya hidup sehat, kegiatan ini dimanfaatkan untuk secara khusus membahas kiat-kiat pengelolaan stres dan pencegahan dampak psikis negatif dari wabah COVID-19.
Dalam sambutan pembukaannya, Kuasa Usaha Ad-Interim/Wakil Duta Besar KBRI Washington DC Iwan Freddy Hari Susanto menggarisbawahi pentingnya acara ini sebagai salah satu bentuk komitmen KBRI untuk selalu hadir dan mendukung masyarakat Indonesia di AS agar dapat melewati masa sulit pandemi virus corona.
“COVID-19 adalah isu yang berdampak sangat luas dan multidimensional, bukan hanya dari aspek kesehatan dan sosial, namun juga dari sisi psikis. Jelas ini memerlukan respons dengan pendekatan yang komprehensif, sehingga acara penyuluhan ini menjadi sangat penting dan relevan,” kata Iwan dalam keterangan tertulis KBRI Washington DC, Rabu.
Hadir sebagai narasumber dalam penyuluhan tersebut dr. Octaviani Ranakusuma, Psikolog dan Asisten Profesor Psikologi Universitas YARSI, serta dr. Aliah Purwakania Hasan, Psikolog dan Dosen Psikologi Universitas Al-Azhar Indonesia. Kedua ahli psikologi tersebut juga merupakan anggota Tim Psikolog Kongres Wanita Indonesia (KOWANI).
“Ketika KBRI pertama kali menyampaikan inisiatif kolaborasi yang sangat baik ini kepada kami, KOWANI langsung menyambut dengan sangat positif. Selain selaras dengan visi dan misi organisasi, kebetulan kami juga memiliki divisi khusus yang cocok dengan tema pertemuan ini, yaitu Divisi Sosial, Kesehatan, dan Kesejahteraan Keluarga,” ujar Ketua Umum KOWANI Giwo Rubianto Wiyogo.
Dalam penyuluhan virtual kesehatan mental ini, para narasumber memaparkan pengelolaan dampak pandemi COVID-19 yang banyak menimbulkan kebingungan dan ketakutan di kalangan publik, terutama kaum lansia. Tidak jarang, hal tersebut berujung kepada peningkatan kadar stres dan bahkan depresi.
“Ketakutan akan wabah ini merupakan hal yang wajar. Kuncinya adalah bagaimana kita bisa mengelola hal tersebut sehingga tidak berujung depresi yang berakibat menurunnya kondisi dan daya tahan tubuh. Untuk itu, sangat penting bagi kita untuk selalu berpikir positif dan melakukan kegiatan-kegiatan yang membawa kebahagiaan,” kata dr. Octaviani dalam paparannya.
Kerentanan para lansia terhadap dampak negatif akut COVID-19 juga menjadi pertimbangan khusus untuk terus memberikan dukungan psikis dan sosial.
“Jadi bukan hanya penting bagi kaum lansia untuk diberikan penyuluhan mengenai bagaimana menjaga sanitasi diri dan mitigasi medis, kita juga perlu membentuk sistem atau ekosistem dukungan sosial berkesinambungan yang akan berdampak sangat positif secara psikis,” kata dr. Aliah.
Kegiatan penyuluhan yang dimoderatori oleh dr. Sherryn, diaspora Indonesia yang tengah belajar pada program Master Studi Kesehatan Publik di Johns Hopkins University, juga mengajak para peserta untuk melakukan praktik langsung pengelolaan stres, salah satunya melalui metode deep breathing.
Momentum dan pelaksanaan program tersebut mendapat sambutan yang sangat positif dari para pemirsa, salah satunya adalah May Lestari, seorang WNI lansia asal Virginia. Melalui siaran langsung live-streaming dari laman Facebook KBRI Washington DC, kegiatan ini berhasil menjangkau lebih dari 2.000 impresi dari pemirsa daring.
“Tema yang sangat pas sekali. Terima kasih untuk kegiatan yang sangat baik ini. Tanpa pikir panjang, saya langsung share video kegiatan ini supaya teman-teman saya yang lain ikut nonton,” ujarnya.
Selain pemirsa, apresiasi juga diberikan oleh narasumber.
“Sebuah kehormatan dan kebanggaan bagi saya untuk bisa berkontribusi dalam acara ini. Selain itu, saya juga memberikan apresiasi yang besar kepada KBRI Washington DC yang telah memiliki sistem pemantauan WNI, khususnya para lansia, yang cukup komprehensif dan berkesinambungan,” ujar dr. Aliah dalam sesi tanya jawab.
Selain itu, dr. Aliah menambahkan bahwa keberadaan Program Pos Kesehatan Diaspora Indonesia KBRI Washington DC ini juga menjadi bukti bahwa sistem dukungan sosial untuk menanggulangi dampak wabah COVID-19 sudah mulai terbangun dengan baik.
Ke depan, sesi penyuluhan kesehatan mental ini akan diperluas cakupannya dengan menjaring lebih banyak lagi WNI lansia di AS.
“Kegiatan ini adalah proyek percontohan. Kami tengah berkoordinasi dengan perwakilan RI lainnya di AS untuk melaksanakan program yang sama,” ujar Ketua Satgas COVID-19 KBRI Washington DC Theodorus Satrio Nugroho.
Baca juga: Deteksi dampak COVID-19, KBRI Washington pantau kesehatan WNI lansia
Baca juga: WNI di AS diimbau tidak pulang ke Indonesia di tengah pandemi COVID-19
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020