• Beranda
  • Berita
  • Sepanjang 2020, pariwisata kehilangan potensi pendapatan Rp60 triliun

Sepanjang 2020, pariwisata kehilangan potensi pendapatan Rp60 triliun

16 April 2020 18:18 WIB
Sepanjang 2020, pariwisata kehilangan potensi pendapatan Rp60 triliun
Ilustrasi: Kuda bendi melintas di depan sebuah hotel yang sepi, di Padang, Sumatera Barat, Rabu (8/4/2020). Data Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) Sumbar, sebanyak 26 hotel di provinsi itu tutup sementara akibat pandemi Corona Virus Disease (COVID-19). ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/foc.

Yang terberat memang pekerja di sektor pariwisata yang terdampak paling awal. Mereka kondisinya unpaid leave

Sepanjang Januari-April 2020 industri pariwisata kehilangan potensi pendapatan dari kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) sekitar 4 miliar dolar AS atau setara dengan Rp60 triliun.

"Pariwisata kehilangan potensi pendapatan dari wisatawan asing sekitar 4 miliar dolar AS atau setara Rp60 triliun sepanjang Januari-April 2020," kata Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani dalam seminar virtual bertajuk Strategi Pengelola Industri Perhotelan Menghadapi COVID dan Krisis di Jakarta, Kamis.

Hariyadi menjelaskan angka tersebut dihitung berdasarkan pertimbangan okupansi dan lainnya berdasarkan perbandingan dengan capaian sepanjang tahun 2019 sebesar 17,6 miliar dolar AS.

Sementara itu potensi kehilangan sektor perhotelan dan restoran (di hotel) untuk pasar domestik sekitar Rp30 triliun.

Hariyadi menuturkan berdasarkan laporan yang dihimpun PHRI, per 13 April 2020 sedikitnya sudah ada 1.642 hotel dan 353 restoran/tempat hiburan yang kini berhenti beroperasi.

Ia juga mengungkapkan tingkat keterisian kamar hotel klasifikasi bintang rata-rata hanya 49,2 persen saja. Ada pun saat ini tingkat hunian di hotel mendekati nihil. Demikian pula yang dialami oleh bisnis restoran.

Sejumlah daerah yang paling terdampak yakni Manado, Bali dan Batam, yang juga mengalami penurunan wisman paling parah.

Hal itu sejalan dengan data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) yang mencatat sejak minggu kedua April sebanyak 180 destinasi dan 232 desa wisata ditutup.

"Yang terberat memang pekerja di sektor pariwisata yang terdampak paling awal. Mereka kondisinya unpaid leave (cuti di luar tanggungan perusahaan)," katanya.

Hariyadi mengakui karyawan yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) masih relatif sedikit. Pasalnya, perusahaan tidak mungkin bisa menyiapkan pesangon di tengah kondisi pandemi saat ini.

Alhasil, kondisi tersebut membuat nasib para pekerja terancam kehilangan pendapatan akibat mewabahnya COVID-19.

"Jumlah (karyawan) yang terancam itu siginifikan. Sektor hotel saja pada 2018 total pekerjanya ada 408 ribu orang. Mungkin 2020 naik angkanya 10 persen jadi sekitar 550 ribu orang untuk hotel saja. Restoran jumlahnya lebih besar, mungkin karyawan saja bisa 1 juta orang, jadi 1,5 juta orang (karyawan terdampak) dari hotel dan restoran," kata Haryadi.

Baca juga: Menparekraf: Devisa pariwisata berpotensi anjlok 50 persen tahun ini

 

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020