"Agar kita, dipikirkan juga petani kita. Yang krusial itu mempertemukan petani yang sebagian besar umat Islam dengan konsumen," kata Herry dalam pengajian daring Majelis Ulama Indonesia yang dipantau dari Jakarta, Kamis.
Menurut dia, masjid yang menjadi kegiatan umat memiliki potensi besar untuk menghubungkan produsen dan konsumen sehingga menjadi pusat penggerak ekonomi masyarakat. Tetapi, tentu masjid harus dibantu pihak-pihak berkompeten untuk mewujudkan itu.
Baca juga: Jusuf Kalla dorong gerakan pemberdayaan ekonomi melalui masjid
Baca juga: Jusuf Kalla: Masjid harus punya fungsi ekonomi
Baca juga: Wapres resmikan Pusat Studi Ekonomi Islam dan menara Masjid Gontor
Dia mengatakan masjid memiliki modal sosial berupa umat, ormas Islam dan pemangku kepentingan lainnya.
"Kalau bisa melalui masjid, komunikasi produsen dan konsumen ini berlangsung. Mempertemukan berbagai ormas Islam dan potensi-potensi umat," kata dia.
Hal yang harus dilakukan, kata dia, pemangku kepentingan yang berkompeten untuk mengelola e-commerce dan umat bersinergi.
"Data digital, basis datanya agar kuat, kalau masjid-masjid bisa mengakses produksi dan konsumsi yang dipertemukan akan menjadi kekuatan yang luar biasa," kata dia.
Dia mencontohkan bagaimana para petani di Indonesia yang sebagian besar adalah umat Islam diarahkan pada tata kelola yang lebih baik dan profesional sehingga produk mereka dapat laku. Sementara konsumen Muslim yang banyak terkonsentrasi di masjid bisa mendapatkan produk yang terjangkau.
"Agar petani ini mulai diajak punya rekening. kerja sama dengan bank syariah bebas biaya administrasi sehingga kalau saldonya nol jangan ditutup rekeningnya," kata dia.*
Baca juga: Ma`ruf serukan koperasi di tiap masjid perkuat ekonomi umat
Baca juga: DMI dorong pemberdayaan ekonomi berbasis masjid
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020