Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyelamatkan barang muatan kapal tenggelam (BMKT) di Desa Kurau, Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung.Benda yang diduga BMKT yang teridentifikasi, di antaranya fragmen keramik, logam mulia dan besi
”Tim Ditjen PSDKP (Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan) dan Ditjen PRL (Pengelolaan Ruang Laut) telah melakukan peninjauan lapangan. Ada beberapa kategori benda yang diduga BMKT yang teridentifikasi, di antaranya fragmen keramik, logam mulia dan besi," kata Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Tb Haeru Rahayu dalam siaran pers di Jakarta, Jumat.
Ia mengungkapkan, dari sisi jumlah belum diketahui secara pastinya, namun benda-benda tersebut ditemukan tersebar di sepanjang Pantai Desa Kurau dengan diameter luasan mencapai 20 meter.
Di lokasi tersebut, lanjutnya, ada beberapa benda yang ditemukan di antaranya pecahan keramik, logam mulia, besi, guci berukuran besar, mangkok berwarna dengan diameter 50 cm lebih, bilahan panah serta kayu berukuran besar.
"Kami sudah meminta agar benda-benda tersebut diamankan, mengingat lokasinya cukup dekat dengan area publik serta untuk mengantisipasi kerusakan-kerusakan yang disebabkan oleh faktor alam," jelasnya.
Haeru juga sudah meminta setelah pandemi COVID-19 ini berlalu, segera dilakukan pengecekan secara komprehensif dengan melibatkan pihak-pihak yang kompeten untuk mempelajari lebih jauh BMKT tersebut.
Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui nilai sejarah dan ilmu pengetahuan maupun kemungkinan potensi ekonominya.
Dengan ditemukannya benda-benda bersejarah tersebut diharapkan dapat menjelaskan sejarah perdagangan, sosial budaya serta peran Bangka Belitung pada masa lampau.
Terkait hal tersebut, Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut KKP Aryo Hanggono menyampaikan bahwa Ditjen PRL telah menindak-lanjuti temuan hasil pengawasan di Bangka Belitung dengan menghubungi Pusat Penelitian Arkeologi Nasional-Kemendikbud agar membantu dalam proses identifikasi BMKT itu.
"Kami telah mengajukan kepada Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Kemdikbud untuk membantu mengidentifikasi asal dan aspek kesejarahan dari benda-benda yang ditemukan di Desa Kurau. Harapan kami, narasi kesejarahan dari benda tersebut dapat menambah pengetahuan dan menjadi daya tarik untuk mendukung pengembangan wisata bahari di lokasi tersebut," jelas Aryo.
Sementara itu, saat dihubungi, Direktur Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan KKP Matheus Eko Rudianto menjelaskan bahwa Indonesia memiliki potensi peninggalan BMKT yang sangat besar.
Menurut Litbang KKP, pada 2000, ada 463 titik lokasi BMKT di seluruh perairan Indonesia dan baru 20 persen yang telah diverifikasi serta tiga persen yang dieksplorasi.
KKP memang sedang meningkatkan pengawasan terhadap BMKT.
Beberapa daerah menjadi fokus pengawasan dalam dua tahun terakhir disebabkan tingkat kerawanan yang cukup tinggi terhadap kegiatan pengangkatan BMKT secara ilegal, antara lain perairan Bangka Belitung-Kepulauan Riau, Karawang-Jawa Barat, dan Selayar-Sulawesi Selatan.
Kegiatan pengawasan juga dilakukan di tempat-tempat penyimpanan BMKT seperti Cileungsi, Bogor; Lodan, Jakarta; Sawangan, Depok; Batam, Kepulauan Riau; dan Belitung.
"Harapannya bahwa kegiatan penanganan BMKT berjalan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan aktivitas ilegal pengangkatan BMKT di Perairan dapat berkurang, sehingga pemanfaatannya yang berdaya guna bagi masyarakat dapat lebih dimaksimalkan," ucapnya.
Baca juga: Arkeolog KKP: kebanyakan artefak BMKT dari China
Baca juga: Marine Heritage Gallery; ruang pamer harta karun bawah laut
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020