• Beranda
  • Berita
  • Tolak "di rumah saja", 2.500 orang di Washington turun ke jalan

Tolak "di rumah saja", 2.500 orang di Washington turun ke jalan

20 April 2020 14:10 WIB
Tolak "di rumah saja", 2.500 orang di Washington turun ke jalan
Dua pria memegangi karton yang ditulisi saat mereka turun ke jalan bersama ratusan demonstran lainnya di gedung kapitol di Olympia, Washington, Minggu (19/4/2020). Mereka memprotes perintah "di rumah saja", yang diberlakukan pemerintah negara bagian untuk menghadang penyebaran penyakit virus corona COVID-19. ANTARA/REUTERS/Lindsey Wasson/TM

Saya mendukung kebebasan berbicara. Tetapi kerumunan orang atau pidato tidak akan menentukan jalan kita. Ini bukan tentang politik. Itu hanya mengenai melakukan apa yang terbaik untuk kesehatan semua warga Washington

Sekitar 2.500 orang berunjuk rasa di ibu kota Negara Bagian Washington pada Minggu (19/34) untuk memprotes perintah tinggal di rumah, yang diberlakukan Gubernur Demokrat Jay Inslee guna membatasi penyebaran virus corona. 

Para demonstran menentang larangan pertemuan 50 orang atau lebih.

Meskipun ada permintaan dari penyelenggara unjuk rasa tersebut agar para peserta mengenakan penutup wajah atau masker, banyak yang tidak menggunakan.

Polisi memperkirakan kerumunan itu berjumlah sekitar 2.500 orang, menjadikannya salah satu protes terbesar selama seminggu terakhir di negara-negara bagian Amerika Serikat terhadap pembatasan. 

Di Olympia, ratusan orang berkumpul di tangga dekat gedung kapitol dan di sekitar air mancur. Mereka melanggar pedoman kesehatan negara bagian dan federal selama pandemi virus corona.

Penyelenggara aksi, Tyler Miller, insinyur berusia 39 tahun dari Bremerton, Washington, serta seorang petugas kepolisian dari Partai Republik mengatakan kepada Reuters bahwa menutup kegiatan ekonomi dengan memilah-milah kategori penting dan tidak penting adalah pelanggaran konstitusi negara bagian dan federal.

Para pengunjuk rasa mengendarai kendaraan ke ibu kota negara bagian, membunyikan klakson dan memblokir jalan.

Baca juga: Trump umumkan tiga tahap akhiri penguncian virus corona

Sangat Berisiko

"Tidak ada keraguan bahwa membela kebebasan artinya adalah mempertaruhkan semua bahaya," kata Miller, mengutip kutipan John Adams. "Revolusi Amerika terjadi pada puncak epidemi cacar. Para pendiri kita sangat menyadari risiko semacam ini."

Kerumunan itu bertahan di kompleks kapitol setelah jadwal aksi unjuk rasa selesai, tetapi polisi Negara Bagian Washington tidak mengeluarkan surat pelanggaran, kata juru bicara Chris Loftis.

Trump pada Jumat mencuit dukungan bagi aksi protes serupa di Michigan, Minnesota dan Virginia untuk "membebaskan" mereka dari aturan pembatasan sosial.

Walaupun tidak menggambarkan demonstrasi sebagai upaya untuk membebaskan Washington,  Miller mengatakan "Itu memberi saya kenyamanan bahwa dia mendukung saya."

Baca juga: Trump: beberapa negara bagian akan cabut pembatasan terkait corona

Sebelumnya pada Minggu, Inslee mengatakan anggota parlemen Republik negara bagian mendukung penentangan terhadap aturan jarak sosial yang telah menutup sebagian besar kegiatan ekonomi.

"Komentar dalam berita oleh beberapa legislator Republik menyerukan 'pemberontakan terbuka,' mengklaim plot 'negara dalam' dan pernyataan radikal lainnya yang tidak bertanggung jawab dan dapat menyebabkan lebih banyak orang jatuh sakit," kata Inslee, seorang tokoh Demokrat, dalam sebuah pernyataan.

"Saya mendukung kebebasan berbicara. Tetapi kerumunan orang atau pidato tidak akan menentukan jalan kita. Ini bukan tentang politik. Itu hanya mengenai melakukan apa yang terbaik untuk kesehatan semua warga Washington."

Negara bagian Washington memiliki kasus virus corona terkonfirmasi pertama di negara itu pada akhir Januari dan klaster maut pertama terdapat di panti jompo di luar Seattle.

Sumber: Reuters

Baca juga: Angka kematian COVID-19 AS tembus 37.202

Baca juga: New York, California akan buka wilayah seiring krisis COVID-19 mereda

​​​​​​​
Baca juga: Washington berlakukan pembatasan layanan restoran karena corona

 

 

Pewarta: Gusti Nur Cahya Aryani
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020