• Beranda
  • Berita
  • Harga minyak dunia minus, pemerintah hitung dampaknya ke B30

Harga minyak dunia minus, pemerintah hitung dampaknya ke B30

21 April 2020 15:21 WIB
Harga minyak dunia minus, pemerintah hitung dampaknya ke B30
Foto ilustrasi sebuah miniatur pompa minyak hasil cetak 3D dan layar monitor grafik bursa bertuliskan "$0 Barrel" (20/4/2020). ANTARA/REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/aa.

Indonesia basis harganya adalah MOPS bukan WTI, dan MOPS itu itu basisnya adalah Brent

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah terus mencermati pergerakkan harga minyak mentah dunia, baik yang berstandar West Texas Intermediate (WTI) ataupun Brent, terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah, termasuk kebijakan Biodiesel 30.

Dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Selasa, Airlangga menjelaskan harga minyak dunia yang turun hingga negatif pada penutupan perdagangan Senin (20/4) adalah untuk acuan West Texas Intermediate (WTI). Sementara Indonesia menggunakan basis jenis minyak Brent dengan acuan Mean of Platts Singapore (MOPS).

"Indonesia basis harganya adalah MOPS bukan WTI, dan MOPS itu itu basisnya adalah Brent,” kata Airlangga di konferensi pers usai rapat terbatas yang dipimpin Presiden Joko Widodo itu.

Airlangga menjelaskan penurunan harga minyak dunia WTI hingga anjlok di bawah 0 dolar AS per barel itu karena rendahnya permintaan akibat pandemi virus corona, sementara pasokan minyak melimpah. Di penutupan perdagangan Senin (20/4). harga minyak berada di posisi minus 37,63 dolar AS per barel atau terendah dalam sejarah.

Sedangkan untuk minyak jenis Brent di pengiriman yang sama tercatat di sekitar 25 dolar AS per barel. Harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) juga mengikuti standar Brent, bukan WTI.

Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi atau OPEC pada 9 Maret sebenarnya sudah menyatakan pemangkasan produksi sebesar 9,7 juta barel per hari (bpd) atau nyaris setara dengan 10 persen output global.

Namun, pemotongan produksi tersebut, menurut Airlangga, belum cukup untuk mengkompensasi anjloknya permintaan akibat pandemi COVID-19. Salah satu akibatnya, minyak dunia standar WTI menjadi minus dan seakan tidak berharga.

“Pemotongan OPEC belum cukup untuk meningkatkan ‘demand shock’ akibat COVID-19,” ujarnya.

Meski demikian, Airlangga mengatakan pemerintah tetap memantau pergerakkan harga WTI karena dapat mempengaruhi rencana pemerintah yang sedangkan mengembangkan produk biodiesel 30 persen dengan 70 persen bahan bakar minyak jenis Solar atau B30.

“Bagi indonesia kita memonitor karena terkait dengan biodiesel 30,” ujarnya.

Baca juga: Harga minyak anjlok, begini cara pertamina mengatasi masa sulit

Baca juga: Minyak AS anjlok di bawah nol dolar, pertama kali dalam sejarah

Baca juga: Pengamat: Minyak turun, saat yang tepat Pertamina turunkan harga

 

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020