"Semangat Kartini masih relevan hingga saat ini untuk perjuangan perempuan. Kartini telah meletakkan dasar pemikiran perempuan tersebut atas dasar ketuhanan, kebijaksanaan dan keindahan, tema lain yang diusung Kartini adalah humanisme dan nasionalisme,” kata Lestari Moerdijat, di Jakarta, Selasa.
Baca juga: Kowani katakan aplikasi Perempuan Cerdas satukan perempuan Indonesia
Baca juga: Menjadi Kartini di BUMN, Ira Puspadewi: Harus berani bercita-cita
Baca juga: Sisi, penebar semangat Kartini yang lestarikan lingkungan Pekurehua
Menurut dia saat ini memang perempuan sudah menempati posisi di pemerintahan, birokrasi, dan politik, tetapi di sisi lain perempuan tetap masih mengalami diskriminasi di bidang sosial dan budaya yang terus melihat perempuan sebagai obyek.
Perempuan juga masih mengalami tindak dan ragam kekerasan. Perempuan seringkali menjadi objek bukan subyek dalam tindak kekerasan di lingkup rumah tangga atau kasus pelecehan seksual yang diikuti kekerasan fisik.
Karena itu, dia mengajak pemerintah untuk tegas, tanggap serta responsif terhadap ragam kekerasan terhadap perempuan, dan berkolaborasi dengan masyarakat mengeliminasi diskriminasi terhadap perempuan di bidang sosial dan budaya tersebut.
"Masyarakat perlu dibangun kesadaran bahwa perempuan adalah partner hidup, partner kerja bukan obyek yang direduksi pada kebutuhan fisik semata,” katanya.
Lestari juga meminta pemerintah mendorong terciptanya gerakan perempuan mandiri di bidang ekonomi dan membuka ruang untuk representasi perempuan di bidang eksekutif.
Raden Ajeng Kartini menurut dia telah menjadi tokoh yang menggelorakan pergerakan dan emansipasi perempuan Indonesia, dan diperingati setiap 21 April.
RA Kartini dalam karyanya "Dari Kegelapan Menuju Cahaya" telah menggugat budaya sebagai penghambat kemajuan perempuan.
Perjuangan Kartini membawa banyak perubahan untuk perempuan Indonesia. Mengutip Kartini, Lestari mengatakan perempuan mesti memiliki ruang untuk pengembangan diri (self development), percaya diri (self confidence), belajar mandiri (self teaching), berkegiatan sendiri (self activity) dan solidaritas perempuan.
Pewarta: Boyke Ledy Watra
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2020