Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) menciptakan mesin sambung pucuk (grafting) semi otomatis untuk membantu petani mempermudah proses sambung pucuk sehingga mendapatkan benih dengan cepat dan kualitas yang seragam.Satu mesin ini bisa menghasilkan benih/bibit untuk kapasitas 1 hektar dalam 1 hari saja
Kepala Balitbangtan Kementerian Pertanian, Fadjry Djufry di Jakarta, Selasa mengatakan salah satu kendala yang dihadapi petani dalam pengembangan tanaman pohon, baik komoditas perkebunan maupun hortikultura adalah penyediaan benih unggul bermutu secara cepat dalam jumlah besar.
"Di Indonesia, metode sambung pucuk masih dilakukan secara manual dan jumlah petani yang mampu melakukan sambung pucuk semakin terbatas," ujarnya.
Tenaga kerja sambung pucuk secara konvensional menggunakan pisau atau gunting sambung pucuk, sehingga mutu benih yang dihasilkan bervariasi tergantung dari ketrampilan petani/tenaga sambung pucuknya.
"Dengan terbatasnya tenaga kerja maka kapasitas hasil benih juga rendah, sebab satu hari per orang hanya bisa mendapatkan 75 tanaman hasil sambung pucuk, seperti pada tanaman kakao," kata Fadjry.
Menurut Kepala Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan), Agung Prabowo, inovasi pertanian dengan pengembangan mesin tersebut dilatarbelakangi prosentase keberhasilan tumbuh dari hasil sambung pucuk manual yang masih di bawah 90 persen.
"Padahal, bibit hasil sambung pucuk ini bisa menghasilkan keuntungan yang menggiurkan," katanya.
Dia mencontohkan, untuk bibit Kakao hasil sambung pucuk adalah Rp5000-Rp10.000 per batang, sedangkan bibit buah buahan seperti jeruk, rambutan dan lainnya, bisa di atas Rp25.000/batang.
Oleh karena itu, BBP Mektan menciptakan mesin sambung pucuk, guna mempermudah dan menghasilkan bibit yang berkualitas.
"Dibandingkan dengan tenaga manual mesin ini bisa menghasilkan kapasitas lebih besar mencapai 10-15 kali lipat," ujarnya.
Agung menambahkan bahwa sasaran utama dari mesin sambung pucuk ini adalah petani pengusaha benih/bibit atau kelompok (korporasi) petani dengan kapasitas minimal 1000 batang bibit.
“Satu mesin ini bisa menghasilkan benih/bibit untuk kapasitas 1 hektar dalam 1 hari saja," tuturnya.
Astu Unadi, perekayasa yang menciptakan mesin ini menambahkan bahwa prosentase keberhasilan tumbuh dari bibit hasil mesin sambung pucuk tersebut bisa lebih dari 95 persen, meskipun yang mengoperasikannya tidak ahli sambung pucuk.
Mesin sambung pucuk ini juga bisa digunakan oleh segala jenis tanaman tahunan seperti kakao dan buah buahan.
Saat ini, prototipe mesin sambung pucuk sudah mulai dikenalkan dan akan ditempatkan pada Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS) Hortikultura di Subang dan UPBS Kakao di Pakuwon, Sukabumi.
Baca juga: Inpari Arumba, VUB padi inovasi Balitbangtan kaya antioksidan
Baca juga: Inpari 48 Blas, varietas unggul baru Balitbangtan tahan wereng
Pewarta: Subagyo
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020