"Jangan sampai ada warga NU dan warga masyarakat pada umumnya yang tidak bisa berbuka dan sahur selama Ramadhan karena tidak ada makanan," kata kata Ketua Gugus Tugas Peduli COVID-19 NU Surabaya Faisol Ramelan di Surabaya, Rabu.
Menurut dia, secara teknis konsep operasional, gerakan ini memberdayakan potensi warga yakni dari warga, oleh warga dan untuk warga Surabaya.
Baca juga: NU Jatim luncurkan Gerakan Sejuta Sembako Rakyat
Adapun sumber bahan pokok diperoleh dari warga NU yang memiliki kelebihan rezeki dan usaha lain dari kepengurusan NU di semua tingkatan serta dukungan oleh pemerintah setempat.
Untuk bantuan dari para aghniya atau orang yang berkecukupan secara ekonomi yang berupa uang, lanjut dia, akan diwujudkan dalam bentuk voucher yang digunakan untuk membeli bahan pokok di warung pracangan atau toko kelontong di kampung-kampung.
"Ini supaya usaha-usaha warung kecil tetap eksis selama diberlakukannya PSBB," ujarnya.
Baca juga: Muslimat NU salurkan bantuan COVID-19
Sedangkan bantuan berupa bahan kebutuhan pokok akan diwujudkan dalam bentuk makanan siap saji yang dikelola divisi dapur umum. Namun, kata dia, pihaknya tidak membuat dapur masak di satu tempat.
"Bahan pokok dititipkan kepada ibu-ibu Muslimat untuk dimasak di rumahnya masing-masing dan didistribusikan kepada para tetangga yang memerlukan (warga terdampak)," ujarnya.
Menurut dia, sebagian bantuan bahan pokok dalam bentuk paket sembako disalurkan secara langsung kepada warga terdampak. "Tetap berbagi, tanpa berkerumun sesuai protokol kesehatan," katanya.
Baca juga: NU harapkan masyarakat lakukan shalat tarawih di rumah selama COVID-19
Ketua PCNU Surabaya Achmad Muhibbin Zuhri mengatakan lumbung ketahanan pangan ini dibentuk dalam rangka mendukung penerapan PSBB di Surabaya, terutama mengantisipasi dampak sosial-ekonomi yang ditimbulkannya.
"Kami berharap dengan adanya lumbung ketahanan pangan ini bisa meringankan beban masyarakat Surabaya," katanya.
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2020