• Beranda
  • Berita
  • Bank Mega cetak laba Rp669 miliar di masa awal pandemi

Bank Mega cetak laba Rp669 miliar di masa awal pandemi

22 April 2020 19:49 WIB
Bank Mega cetak laba Rp669 miliar di masa awal pandemi
Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib saat paparan kinerja di Menara Bank Mega, Jakarta. ANTARA/Citro Atmoko/am.
PT Bank Mega Tbk mencetak laba bersih sebesar Rp669 miliar di sepanjang kuartal I-2020, yang merupakan masa-masa awal berkembangnya pandemi COVID-19 di Tanah Air.

Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib mengatakan, laba perseroan meningkat 38 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp484 miliar.

"Pencapaian ini dikontribusi dari meningkatnya net interest income sebesar 10 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019 terutama karena meningkatnya pendapatan bunga kredit akibat volume kredit yang meningkat signifikan sebesar Rp10,1 triliun atau tumbuh 23 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019," ujar Kostaman dalam keterangan yang diterima Antara di Jakarta, Rabu.

Sementara itu, pendapatan jasa atau fee based income Bank Mega juga tercatat naik sebesar 21 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Catatan kinerja positif Bank Mega juga terjadi pada pertumbuhan aset, dimana terdapat pertumbuhan sebesar 18 persen dari Rp84 triliun pada periode Maret 2019 menjadi Rp99 triliun pada periode Maret 2020.

Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat dari Rp59 triliun pada periode Maret 2019 menjadi Rp76 triliun pada periode Maret 2020 atau tumbuh sebesar 29 persen lebih tinggi dari pertumbuhan industri pada Februari 2020 yang hanya sebesar 7,77 persen.

Kredit tercatat tumbuh sebesar 23 persen dari Rp44 triliun pada periode Maret 2019 menjadi Rp54 triliun pada periode Maret 2020. Pertumbuhan kredit Bank Mega ini berada di atas rata-rata industri pada posisi Februari 2020 sebesar 5,93 persen.

Penyaluran kredit kepada korporasi tercatat sebagai segmen bisnis yang paling besar memberikan kontribusi pada penyaluran kredit secara keseluruhan.

Peningkatan kredit korporasi terutama berasal dari kredit infrastruktur jalan tol yang dijamin pemerintah dan kredit kepada korporasi dengan rekam jehak yang baik.

Dari sisi likuiditas, Bank Mega memiliki kondisi yang kuat tercermin dari rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (Loan to Deposit Ratio/LDR) sebesar 67,5 persen, lebih rendah dibandingkan 71,3 persen pada Maret 2019.

"Hal ini menunjukkan besarnya cadangan likuiditas yang dimiliki oleh Bank Mega," ujar Kostaman.

Rasio keuangan lainnya juga mencatat peningkatan yang baik antara lain tingkat pengembalian aset (ROA) tercatat sebesar 3,3 persen naik dibandingkan 2,9 persen pada Maret 2019, dimana hal ini menunjukkan kemampuan perseroan untuk menghasilkan laba yang tinggi dalam mengelola asetnya.

BOPO menjadi 69,7 persen, membaik dibandingkan 72,2 persen pada Maret 2019, yang mencerminkan efisiensi perusahaan dalam mengelola kegiatan operasionalnya. Angka itu juga lebih baik dari BOPO industri pada Februari 2020 yang tercatat sebesar 83,6 persen.

Dari sisi permodalan, rasio kecukupan modal (CAR) Bank Mega mencapai 24,7 persen yang menunjukan kecukupan modal yang kuat. Sementara CAR industri pada Februari 2020 tercatat sebesar 22,27 persen.

Ditengah situasi pandemi COVID-19, Bank Mega juga tetap berkomitmen untuk terus melayani para nasabah dalam memenuhi kebutuhan transaksi perbankannya. Layanan di cabang tetap berjalan walaupun dengan waktu operasional yang lebih pendek.

Namun demikian, beberapa aplikasi digital yang dimiliki oleh Bank Mega seperti ChatBot Mila, Mega Internet Banking dan Msmile, dapat menjadi solusi bagi nasabah yang membutuhkan transaksi perbankan meskipun harus berada di rumah.

Msmile, merupakan aplikasi terbaru yang baru diluncurkan Bank Mega yaitu Mobile App yang memudahkan nasabah dalam melihat informasi dan melakukan transaksi finansial, mengakses berbagai fitur kartu kredit, dan melihat promosi yang ditawarkan Bank Mega hanya dengan menggunakan ponsel pintar, dimanapun nasabah tersebut berada.

Sesuai dengan himbauan pemerintah untuk memberikan relaksasi kepada debitur yang terkena dampak COVID-19, Bank Mega juga mempunyai kebijakan restrukturisasi kredit untuk memberikan kemudahaan bagi debitur yang terkena dampak COVID-19, baik perorangan maupun perusahaan.

Program restrukturisasi yang ditawarkan berupa keringanan pembayaran kewajiban atau ngsuran atas pokok dan/atau bunga dengan cara perpanjangan jangka waktu kredit atau pemberian masa tenggang atau "grace period" dengan jangka waktu yang akan ditentukan dari hasil evaluasi bank terhadap kemampuan debitur.

Pengajuan restrukturisasi kredit akan dievaluasi oleh Komite Restrukturisasi Bank Mega sesuai dengan ketentuan Bank Mega dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Pada bidang CSR, CT Corp dan Bank Mega telah memprakarsai dan mendanai pembangunan 40 bangsal ICU dan 200 bangsal HCU beserta alat-alat kesehatan antara lain dua unit MSCT Scan 128 slices, 2 mobile X-Ray, 40 ventilator, 200 monitor bed dan alat-alat kesehatan lainnya khusus untuk merawat pasien COVID-19 sebagai wujud kepedulian atas pandemi COVID-19 dan membantu masyarakat yang terserang virus tersebut.

Program yang juga didukung oleh Indofood dan Astra Group itu dilakukan di dua rumah sakit rujukan pemerintah yaitu RS Infeksi Airlangga, Surabaya dan RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

"Bahkan sebagian bangsal di RS Infeksi Airlangga saat ini sudah siap dan sudah bisa digunakan untuk mengobati pasien COVID-19," ujar Kostaman.

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2020