• Beranda
  • Berita
  • Gotong royong skala besar dan inovasi perangi sampah plastik

Gotong royong skala besar dan inovasi perangi sampah plastik

22 April 2020 22:37 WIB
Gotong royong skala besar dan inovasi perangi sampah plastik
Pekerja menjemur potongan sampah plastik untuk diolah dan didaur ulang kembali di Gampong Jawa, Banda Aceh, Aceh, Ahad (22/3/2020). ANTARA FOTO/Irwansyah Putra/foc.
Indonesia menargetkan untuk dapat mengurangi sampah plastik di lautannya sebanyak 70 persen pada 2025 dan bebas sampah plastik pada 2040. Untuk mencapai target ini, tentunya upaya pengurangan sampah plastik tidak hanya tanggung jawab pemerintah tapi seluruh elemen masyarakat dan lintas sektor.

Masalah sampah merupakan masalah bersama yang harus diselesaikan dengan upaya kolektif dari seluruh pihak termasuk dunia usaha.

Berbagai inisiatif muncul dan sudah dilakukan dari kalangan dunia bisnis untuk mendukung gerakan mengurangi sampah plastik dan meninggalkan penggunaan plastik sekali pakai. Gerakan ini semata-mata untuk mengurangi sampah plastik yang menjadi sumber pencemaran lingkungan.

Mengurangi sampah plastik juga berarti menjaga bumi tetap lestari sehingga diharapkan kehidupan yang lebih baik bagi generasi-generasi selanjutnya meskipun usia bumi bertambah tua.

Inisiatif dari kalangan dunia usaha merupakan upaya intervensi dalam mengubah perilaku masyarakat untuk menyadari bahaya sampah plastik bagi lingkungan dan mengurangi sampah plastik.

Gojek melalui layanan pengiriman makanan dan minuman yang bernama GoFood mendorong perubahan perilaku masyarakat untuk mengurangi sampah plastik.

Dalam melakukan pendidikan berkelanjutan dan membangun kesadaran masyarakat untuk mengurangi sampah plastik, Vice President Public Affairs Gojek Siti Astrid Kusumawardhani mengatakan Gojek melakukan multi pendekatan untuk intervensi perubahan perilaku konsumen, merchants atau pelaku usaha makanan dan minuman dan pengendara Gojek.

Pada sisi pelaku usaha makanan dan minuman yang tercantum di layanan GoFood, Go-jek mendorong mereka untuk mengembangkan dan menggunakan kemasan alternatif yang menggantikan plastik sekali pakai. Gojek juga mendukung gerakan diet kantong plastik di Indonesia.

Bagi usaha kecil di bidang makanan dan minuman, penggunaan kemasan lain selain plastik sekali pakai memang menjadi tantangan dan terbilang lebih mahal. Untuk itu, Go-jek bekerja sama dengan mitra untuk melatih para usaha kecil ini untuk lebih berinovasi menggunakan kemasan daur ulang sehingga bisa meninggalkan kemasan plastik sekali pakai.

"Kami membantu untuk melatih mereka menemukan kemasan alternatif pengganti plastik sekali pakai," ujar Siti dalam konferensi video, Jakarta, Rabu.

Di sisi pengemudi, Gojek melengkapi mereka dengan kantong pengiriman makanan yang dapat digunakan ulang. Kantong ini bermanfaat untuk melindungi makanan agar tetap bersih selama proses pengiriman ke konsumen, dan yang paling penting adalah mengurangi konsumsi sampah plastik.

Astrid mengatakan hingga saat ini, makin banyak usaha di bidang makanan dan minuman yang ambil bagian untuk melakukan gerakan mengurangi sampah plastik.

Direktur PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAP) Fetty Kwartati mengatakan pihaknya mendukung gerakan pengurangan sampah plastik. Berbagai inisiatif dilakukan termasuk dari Starbucks. Starbucks menggunakan kemasan daur ulang seperti kantong kertas, menggunakan wadah minuman yang bisa didaur ulang.

"Kita melakukan dengan inovasi, insentif dan kemitraan untuk mengurangi sampah plastik," ujarnya.

Insentif dalam bentuk potongan harga diberikan jika konsumen membawa wadah minuman sendiri sehingga dapat membayar lebih murah.

Fetty menuturkan salah satu inisiatif yang akan dilakukan tapi sedikit terlambat karena pandemi COVID-19 ini adalah upaya agar botol plastik dapat ditukar dengan poin MAP Club.

MAP yang mempekerjakan 20.000 karyawan juga membudayakan untuk pemilahan sampah di kantornya.

Baca juga: Aliansi Zero Waste: swasta lebih inovatif gunakan kemasan daur ulang

Baca juga: Indonesia luncurkan rencana aksi radikal untuk kurangi sampah plastik



Gotong royong

Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Novrizal Tahar mengatakan masalah sampah hanya bisa diselesaikan jika bergotong royong berskala besar.

Seluruh pihak termasuk pemerintah, masyarakat, lembaga swadaya masyarakat dan dunia usaha, serta lintas sektor seperti pendidikan, agama, politik, ekonomi dan iptek juga berperan dalam pengendalian dan pengurangan sampah plastik.

Dunia usaha bisa beralih menggunakan kemasan daur ulang, dan bahan yang bisa didaur ulang dan ramah lingkungan.

Pemerintah bisa mendukung dengan memberikan insentif kepada industri yang melakukan pengemasan dengan bahan yang bisa didaur ulang.

Pemerintah memperkuat berbagai inisiatif, kebijakan dan aturan dari pusat hingga daerah untuk mendukung gerakan mengurangi sampah plastik.

Daerah-daerah dapat semakin luas menerapkan penggunaan wadah berulang pakai bagi masyarakat.

Masyarakat tidak menggunakan plastik atau wadah sekali pakai. Saat berbelanja ke toko atau pasar, membawa kantong yang bisa dipakai berulang.

Sektor pendidikan mengajarkan secara kontekstual dan praktik tentang menjaga kelestarian bumi dengan melakukan upaya mendaur ulang, memilah dan menggunakan kembali sampah plastik serta mengurangi penggunaan sampah sekali pakai.

Tokoh-tokoh agama juga dapat berperan mempengaruhi warga untuk memilah, mendaur ulang dan mengurangi sampah plastik.

Dunia ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dapat berkontribusi dalam menghasilkan berbagai inovasi dalam upaya mengurangi sampah plastik seperti menghasilkan kemasan alternatif, yang saat ini sudah ada diantaranya bioplastik dengan memanfaatkan singkong dan tandan kelapa sawit.

Teknologi juga dapat dikembangkan dan dimanfaatkan untuk sistem pemantauan jangka panjang terhadap sampah di laut.

"Iptek dapat memainkan peranan dalam pemantauan dan upaya mengatasi masalah sampah plastik," ujar peneliti dari Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Muhammad Reza Cordova.

Director for Venture Development di Systemiq Arthur Neeteson menuturkan ada 10 upaya penting untuk membantu Indonesia mempercepat pemenuhan target pengurangan sampah plastik, yakni mengurangi atau mengganti penggunaan plastik melalui kebijakan, target, dan insentif, melakukan transisi ke 100 persen penggunaan kemasan plastik yang dapat dengan mudah dan aman digunakan kembali, didaur ulang, atau dibuat kompos.

Upaya lain adalah memperkuat rencana induk pengelolaan limbah padat, inisiatif implementasi, dan sistem pemantauan; mengintegrasikan dan mendukung pekerja sektor informal dan perusahaan dalam sistem limbah dan daur ulang, mengaktifkan pendanaan bersama industri untuk pengumpulan sampah plastik dan sistem daur ulang.

Kemudian, memobilisasi investasi modal untuk infrastruktur peralatan, dan anggaran untuk pemrosesan limbah; memberikan peningkatan kapasitas, pelatihan dan pengembangan keterampilan sumber daya manusia;
mendorong keterlibatan publik yang ambisius dan kegiatan perubahan perilaku.

Selanjutnya, mengaktifkan inovasi dan inkubasi serta solusi baru, dan melanjutkan dan memperluas upaya untuk bertemu, berkoordinasi, dan berkolaborasi dalam solusi antar pemangku kepentingan.*

Baca juga: Nasib komunitas daur ulang di tengah wabah Corona

Baca juga: Hari sampah nasional, TNI kenalkan alat pengolah limbah plastik

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020