• Beranda
  • Berita
  • Ekspor naik 10 persen, Menperin sebut industri manufaktur menggeliat

Ekspor naik 10 persen, Menperin sebut industri manufaktur menggeliat

23 April 2020 09:15 WIB
Ekspor naik 10 persen, Menperin sebut industri manufaktur menggeliat
Aktivitas produksi di industri makanan. ANTARA/Biro Humas Kementerian Perindustrian/pri.

Industri pengolahan mengalami tekanan mulai Maret 2020 akibat COVID-19, namun data ekspor industri pengolahan memberikan optimisme untuk tetap bertahan

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan bahwa industri pengolahan di tanah air masih mampu menunjukkan geliat yang positif di tengah tekanan dari dampak pandemi COVID-19.

Hal ini tercermin melalui capaian nilai ekspor sepanjang triwulan I tahun 2020, hingga mengalami surplus pada neraca perdagangan.

“Industri pengolahan mengalami tekanan mulai Maret 2020 akibat COVID-19, namun data ekspor industri pengolahan memberikan optimisme untuk tetap bertahan,” kata Menperin lewat keterangannya di Jakarta, Kamis.

Menperin mengungkapkan, kinerja pengapalan sektor manufaktur nasional pada tiga bulan pertama tahun ini meningkat 10,11 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Sepanjang triwulan I-2020, ekspor dari industri pengolahan menembus angka 32,99 miliar dolar AS, sedangkan nilai impornya tercatat sekitar 31,29 miliar dolar AS.

“Sehingga terjadi surplus sebesar 1,7 miliar dolar AS. Bahkan, ekspor industri pengolahan pada triwulan I-2020 memberikan kontribusi signfikan hingga 78,96 persen terhadap total ekspor nasional yang mencapai 41,78 miliar dolar AS,” katanya.

Lima sektor sebagai penyumbang terbesar pada nilai ekspor manufaktur nasional selama tiga bulan pertama tahun ini, yaitu industri makanan yang membukukan 7,17 miliar dolar AS, diikuti industri logam dasar 5,48 miliar dolar AS, industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia 2,99 miliar dolar AS. Kemudian, industri pakaian jadi 2,02 miliar dolar AS, serta industri karet, barang dari karet dan plastik 1,78 miliar dolar AS.

Sementara itu, kinerja pengapalan sektor manufaktur pada Maret 2020, juga mengalami peningkatan  7,41 persen dibanding capaian Maret 2019. Ekspor dari industri pengolahan di bulan ketiga tahun ini, tercatat menembus angka 11,12 miliar dolar AS, sedangkan nilai impornya sekitar 10,80 miliar dolar AS.

“Sehingga mengalami surplus pada neraca perdagangan sebesar 0,32 miliar dolar AS. Industri pengolahan pada Maret 2020 juga berkontribusi gemilang hingga 78,92 persen terhadap total nilai ekspor nasional yang mencapai 14,09 miliar dolar AS,” katanya.

Adapun lima sektor yang menjadi champion pada perolehan ekspor manufaktur nasional selama Maret 2020, yakni industri makanan dan minuman yang membukukan nilai ekspor 2,47 miliar dolar AS, diikuti industri logam dasar 1,96 miliar dolar AS, industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia 1,04 miliar dolar AS.

Lalu, industri barang dari logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik 1,02 miliar dolar AS, serta industri tekstil dan pakaian jadi 0,96 miliar dolar AS.

“Kami melihat bahwa terjadi shifting pertumbuhan ekspor yang awalnya didorong oleh CPO dan produk hilirnya serta tekstil di tahun 2019, di triwulan I-2020 khususnya bulan Maret ini, kedua komoditas tersebut tergantikan oleh besi baja termasuk logam mulia, serta kertas dan permesinan,” ujar Menperin.

Pertumbuhan ekspor yang tinggi dari komoditas besi baja, didorong oleh perusahaan di Kawasan Industri Morowali dengan tujuan pasar utamanya ke China dan beberapa negara lainnya.

“Walaupun demikian, komposisi nominal ekspor terbesarnya masih ditempati oleh CPO dan produk hilirnya, serta tekstil dan alas kaki,” katanya.

Baca juga: Strategi Menperin optimalkan manufaktur di tengah pandemi COVID-19

Baca juga: Menperin revisi target pertumbuhan industri jadi 2,6 persen

Baca juga: Menperin: COVID-19 pengaruhi penyerapan produk manufaktur

 

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020