Suplai logistik PT Freeport Indonesia dari wilayah dataran rendah Pelabuhan Amamapare ke wilayah dataran tinggi di Tembagapura mengalami hambatan selama terjadi wabah COVID-19 di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua.persediaan logistik berupa bahan pangan untuk kebutuhan 25 ribu karyawan dan keluarga mereka di Tembagapura kini kian menipis.
EVP Bidang Hubungan Pemerintah PTFI Jony Lingga di Timika, Kamis, mengatakan persediaan logistik berupa bahan pangan untuk kebutuhan 25 ribu karyawan dan keluarga mereka di Tembagapura kini kian menipis.
Penyebabnya lantaran sejak pandemi COVID-19 mulai melanda Mimika pada sekitar minggu ke tiga Maret, truk trailer pengangkut peti kemas berisi logistik dari Pelabuhan Amamapare ke Tembagapura semakin terbatas beroperasi.
Baca juga: Kapolda: KKB tembak mobil pengangkut "bama" PT. Freeport, dua luka
"Selama masa pandemi COVID-19 ini jumlah truk trailer yang beroperasi paling sekitar 60 unit, tidak seperti saat situasi normal, sebab sopir truk yang ada di Tembagapura tidak boleh turun ke dataran rendah. Yang kami utamakan yaitu pengangkutan bahan makanan, sayur-mayur untuk kebutuhan karyawan," kata Jony.
Para sopir truk trailer yang masih beroperasi itu setiap hari mengangkut logistik dari Pelabuhan Amamapare untuk dibawa ke Kuala Kencana.
Selanjutnya di Kuala Kencana barang tersebut dipindahkan lagi ke mobil yang lain untuk dibawa menuju Tembagapura.
Baca juga: JDP: Penembakan karyawan Freeport merupakan tragedi kemanusiaan
Setelah peti kemas berisi logistik diturunkan di Tembagapura, truk trailer yang sama mengangkut peti kemas yang kosong untuk dibawa kembali ke Pelabuhan Amamapare.
Jony mengatakan telah berkoordinasi dengan Bupati-Wakil Bupati Mimika, Eltinus Omaleng-Johannes Rettob agar para supir truk trailer tetap diizinkan bekerja dan beroperasi sekalipun nantinya Mimika diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
"Sekarang ini tidak ada cara lain, tidak mungkin juga barang-barang itu diangkut dengan helikopter karena kapasitasnya terbatas. Belum lagi kita dihadapkan pada persoalan keamanan yaitu gangguan penembakan yang sering terjadi di sepanjang ruas jalan dari Timika ke Tembagapura," tutur Jony.
Jony memastikan operasional tambang Freeport tetap berjalan seperti biasanya meskipun nantinya diberlakukan PSBB di Mimika.
PT Freeport juga meningkatkan pengamanan pada sejumlah obyek vital dan strategis seperti pembangkit listrik yang berpusat di kawasan Pelabuhan Amamapare dengan jaringan instalasi yang sangat panjang menuju Kuala Kencana, Tembagapura hingga lokasi pertambangan di Grasberg dan tambang bawah tanah serta pabrik pengolahan biji di Mile 74.
"Kalau yang di bawah tidak beroperasi maka sudah pasti berdampak sampai di atas. Secara teknikal proses pemeliharaan tambang terutama tambang bawah tanah juga harus tetap berjalan, kalau tidak bisa terjadi insiden," jelas Jony.
Baca juga: Kapolda ancam proses hukum penyebar hoaks penembakan karyawan Freeport
Khusus untuk karyawan bidang administrasi yang bekerja di pusat perkantoran PT Freeport di Kuala Kencana sejak awal April sudah diterapkan sistem pembagian kerja, sebagian lagi diminta untuk bekerja dari rumah.
"Pegawai bagian administrasi di OB Kuala Kencana sekarang ini dibagi shift 50:50, apalagi semenjak terjadi kasus penembakan tanggal 30 Maret, ada yang bekerja dari rumah. Tapi untuk tenaga yang lain seperti sopir truk, teknisi, pertukangan, bagian masak makanan dan logistik tetap bekerja seperti biasa," jelas Jony.
Hingga Kamis ini jumlah kasus positif COVID-19 di Mimika mencapai 39 kasus.
Dari jumlah itu, lima pasien sudah sembuh, sementara tiga pasien meninggal dunia.
Pewarta: Evarianus Supar
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020