Surat kabar lokal Post Courier pada Jumat melansir bahwa terjadi wabah signifikan di bagian selatan, Provinsi Hela dan Enga.
Penyakit, yang tidak menjangkiti manusia namun mematikan bagi babi, memberikan pukulan keras bagi industri babi di sejumlah negara Asia dalam beberapa bulan belakangan.
National Agriculture Quarantine and Inspection Authority (NAQIA) PNG melarang ekspor babi dan produk daging babi dari tiga provinsi terdampak. Peternak setempat meminta langkah lebih lanjut mengenai isu tersebut.
"Kami kehilangan sekitar 10-20 babi per hari di masing-masing desa sejak penyakit tersebut pertama kali ditemukan," kata peternak babi Jill Jackson kepada Post Courier.
"Kami mewajibkan otoritas seperti NAQIA dan lainnya untuk lebih sadar atas masalah ini serta bagaimana dan apa yang bisa mereka lakukan untuk membantu menghadapi penyebaran virus flu babi Afrika ini."
Babi merupakan komoditas berharga, terlebih di provinsi dataran tinggi PNG, dan kasus baru COVID-19 menambah masalah bagi masyarakat.
Sumber: Xinhua
Baca juga: FAO serukan Vietnam berlakukan flu babi sebagai darurat nasional
Baca juga: Kasus flu babi di NTT, Kementan perketat produk hewan dari Timur Leste
Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020