• Beranda
  • Berita
  • Dekranasda Yogyakarta perkirakan 70 persen UMKM terdampak COVID-19

Dekranasda Yogyakarta perkirakan 70 persen UMKM terdampak COVID-19

25 April 2020 13:29 WIB
Dekranasda Yogyakarta perkirakan 70 persen UMKM terdampak COVID-19
Perajin batik Lok Iwon menyelesaikan pembuatan batik pesanan Raja Belanda di Tamansari, DI Yogyakarta, Senin (17/2/2020). Pembuatan batik abstrak kontemporer pesanan Raja Belanda Willem-Alexander yang dikerjakan selama lima hari tersebut akan diambil langsung oleh Raja Willem-Alexander dan Ratu Maxima pada 11 Maret 2020 di Galeri Batik Lok Iwon kompeks Tamansari, DI Yogyakarta. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/pras.

UMKM yang paling terdampak adalah pelaku usaha di bidang fesyen seperti batik

Dewan Kerajinan Nasional Daerah Kota Yogyakarta memperkirakan sekitar 70 persen pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah yang menjadi anggota lembaga tersebut terdampak pandemi COVID-19.

“Saya perkirakan ada 70 persen anggota yang saat ini terdampak pandemi COVID-19 karena usahanya tidak bisa lagi dijalankan,” kata Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Yogyakarta Ana Haryadi di Yogyakarta, Sabtu.

Baca juga: Sejumlah pedagang batik di Pasar Beringharjo Yogyakarta memilih tutup

Menurut dia, pelaku UMKM yang paling terdampak adalah pelaku usaha di bidang fesyen seperti batik dan kerajinan tangan karena pasar utamanya adalah wisatawan yang datang ke Kota Yogyakarta.

“Karena pariwisata juga terdampak dan hampir tidak ada wisatawan yang datang, maka usaha ini pun mengalami pukulan yang sangat berat,” katanya.

Meskipun demikian, Ana memuji kesigapan para pelaku UMKM karena cepat beradaptasi dengan kesulitan yang dihadapi dengan tetap mencari peluang usaha lain, salah satunya mengalihkan jenis produk yang diproduksi sesuai permintaan pasar.

“Banyak pelaku usaha batik atau fesyen yang memproduksi masker kain karena produk ini sekarang banyak dicari konsumen. Bahkan ada yang memproduksi daster atau pakaian santai di rumah karena banyak pekerja yang bekerja dari rumah dan membutuhkan pakaian yang nyaman,” katanya.

Selain itu, banyak pelaku usaha yang mengalihkan usahanya ke bidang kuliner seperti membuat makanan dan minuman atau menjual bahan pangan dan komoditas kebutuhan pokok.

Ia menyebut, pengalihan produksi tersebut mampu membantu pelaku UMKM untuk tetap bertahan di tengah kondisi yang serba sulit.

“Untuk pemasaran pun, sudah banyak yang melakukannya secara daring. Misalnya melalui grup percakapan di WhatsApp atau melalui aplikasi sosial media lainnya. Saya kira, adaptasi para pelaku UMKM ini patut diapresiasi,” katanya yang berharap pandemi COVID-19 bisa segera berlalu.

Sebelumnya, Kepala Bidang Usaha Kecil Mikro Dinas Koperasi UKM Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta Rihari Wulandari mengatakan dalam menghadapi pandemi COVID-19 diperlukan inovasi dari pelaku usaha.

“Inovasi yang banyak dilakukan adalah mengalihkan produksi dengan memproduksi barang yang dibutuhkan pasar, seperti masker kain dan inovasi pemasaran. Banyak pelaku usaha yang kini mulai belajar pemasaran secara online,” katanya.

Di Kota Yogyakarta terdapat sekitar 24.000 pelaku UMKM dari berbagai sektor usaha, dengan sekitar 6.000 di antaranya sudah mengantongi izin usaha mikro.

Baca juga: Kemenparekraf serahkan bantuan untuk pekerja pariwisata DI Yogyakarta
Baca juga: Pasar daring Yogyakarta bisa diakses melalui berbagai aplikasi

Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020