Laman WebMD menyebut, faktor lainnya antara lain makan dalam jumlah besar, kegemukan, konsumsi minuman berkarbonasi, kopi atau teh, merokok, menyantap makanan seperti buah jeruk, tomat, bawang putih, makanan pedas, dan minum obat-obatan tertentu seperti aspirin, pereda otot atau obat penurun tekanan darah.
Selain mulas, gejala umum lain refluks asam adalah kembung, bersendawa, mual atau disfagia (sensasi makanan yang tersangkut di tenggorokan).
Ahli gizi asal India, Rujuta Diwekar menekankan seseorang harus menghindari mengambil celah panjang di antara waktu makan.
“Makanlah tepat waktu, hormati sinyal lapar Anda dan sinyal kenyang Anda,” kata dia seperti dilansir Indian Express, Sabtu (25/4).
Dia merekomendasikan kismis hitam yang direndam semalaman, setelah minum segelas air untuk membantu mengurangi gejala refluks asam lambang, lalu sindrom pramenstruasi (PMS), kembung dan gangguan pencernaan.
Selain refluks asam lambung, gangguan perut lain yang kerap dirasakan saat berpuasa ialah perut kembung. Agar ini tak terjadi, dokter spesialis gizi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Marya W. Haryono menyarankan Anda menyeimbangkan komposisi makan saat sahur.
Dia menekankan makanan bervariasi dan bergizi seimbang, antara lain mengandung karbohidrat, protein, lemak sehat, serta mikronutrien semisal mineral 40-50 persen terpenuhi saat sahur.
Kemudian, saat berbuka sebaiknya penuhilah 10-20 persen kebutuhan energi dengan makanan bernutrisi. Marya menganjurkan makanan manis namun tak berlebihan seperti madu, kurma dan yogurt.
Baca juga: Agar tubuh tetap fit saat puasa di cuaca panas
Baca juga: Lima cara atur keuangan saat puasa di tengah COVID-19
Baca juga: Riasan antipucat saat Ramadhan
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020