Elon Musk menyebut uji coba beta untuk internal akan dimulai dalam tiga bulan, sementara beta untuk publik dalam enam bulan, dimulai dengan lintang tinggi, salah satunya Jerman yang memenuhi syarat tersebut.
Dinamai Starlink, dikutip dari Mashable, Minggu, layanan internet satelit tersebut menjanjikan untk membawa internet cepat dan terjangkau ke lokasi mana pun di dunia.
Hal ini menarik bagi mereka yang tinggal di daerah terpencil atau wilayah yang kurang terlayani akses broadband. Layanan internet satelit tersebut menawarkan kecepatan unduh hinga 1Gbps dengan latensi berkisar antara 25 hingga 35 milidetik, setara dengan layanan broadband yang berbasis di darat.
Meskipun internet satelit bukan hal yang baru, jaringan SpaceX dirancang untuk mencapai kecepatan yang diklaim lebih cepat dengan menggunakan satelit orbit bumi renda (LEO).
Rencananya, satelit tersebut akan terbang di sekitar Bumi dari jarak 200 mil hingga 700 mil di atas permukaan, untuk mengangkut data antara stasiun bumi dan pengguna internet di bawah.
Untuk membuat layanan tersebut dapat berjalan, SpaceX telah mendapat persetujuan dari regulator untuk meluncurkan sebanyak 40.000 satelit pada tahun-tahun mendatang.
Pada Rabu (22/4), SpaceX telah berhasil mengerahkan 60 satelit Starlink ke ruang angkasa dengan total 420 yang saat ini beroperasi.
Menurut situs webnya, SpaceX memiliki target untuk meluncurkan layanan broadband untuk AS dan Kanada pada akhir tahun ini. Starlink kemudian dijadwalkan untuk go global pada 2021.
SpaceX belum mengumumkan biaya untuk layanan internet satelit itu, namun perusahaan tersebut berencana untuk memasok internet dengan menempatkan terminal Starlink di rumah pengguna.
Baca juga: SpaceX kirim astronaut NASA ke luar angkasa pada Mei
Baca juga: Elon Musk larang SpaceX gunakan Zoom karena "masalah keamanan"
Baca juga: Elon Musk rilis lagu EDM "Don't Doubt Ur Vibe"
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020