Perusahaan konsultan keuangan Jouska Indonesia membagikan beberapa kiat terkait mengelola keuangan ketika dalam kondisi adanya wabah virus corona baru atau COVID-19, agar kebutuhan hidup tetap terjaga.kita juga harus punya asumsi pandemi ini akan berlangsung berapa lama misalnya enam bulan atau setahun
Head of Business Advisory Jouska Indonesia Roland Tjahja mengatakan hal pertama yang harus dilakukan adalah membuat perencanaan dengan mengasumsikan lamanya pandemi COVID-19 akan berlangsung.
“Di situasi seperti ini semua serba terbatas sehingga kita perlu membuat perencanaan dalam arti kita juga harus punya asumsi pandemi ini akan berlangsung berapa lama misalnya enam bulan atau setahun,” katanya kepada Antara di Jakarta, Minggu.
Perencanaan itu dibuat dengan mempertimbangkan berbagai asumsi selama enam bulan atau setahun ke depan seperti terkait potensi berkurangnya pendapatan, kondisi perusahaan tempat bekerja, dan pengeluaran yang dilakukan di luar kondisi normal.
“Kalau bicara karyawan kita harus siap perusahaan tempat kita bekerja ini kondisi dalam enam bulan ke depan seperti apa dan apakah ada pengaruh ke saya enggak secara pendapatan,” katanya.
Setelah itu, Roland mengatakan masyarakat perlu memastikan dana darurat yang dimiliki harus mampu mencukupi berbagai kebutuhan selama masa pandemi COVID-19 berlangsung dengan mempertimbangkan perencanaan dan asumsi itu.
“Kita harus pastikan dana daruratnya cukup. Oke kita punya dana segini dana ini cukup untuk memenuhi kebutuhan berapa lama dengan adanya perubahan pola pendapatan dan pengeluaran,” katanya.
Ia mengatakan dalam menyiapkan dana darurat akan tergantung pada masing-masing individu dengan mempertimbangkan kondisi seperti status lajang atau menikah, memiliki anak atau tidak, jumlah anak, dan membiayai orang tua atau tidak.
“Tapi kalau mau dicari benang merahnya terkait bagaimana cara menghitungnya kita biasanya pakai dua layer,” ujarnya.
Roland menjelaskan cara untuk menyiapkan dana darurat yaitu menyisihkan 25 persen dari jumlah pendapatan selama setahun kemudian dikalikan dengan beban yang ditanggung seperti terkait jumlah anak.
“Pertama adalah 25 persen dari pendapatan kita setahun. Kedua adalah angka tadi dikalikan sama, kita ada satu kayak yang melambangkan risiko misalnya tergantung dari berapa orang yang kita tanggung dan usianya berapa,” jelasnya.
Ia juga menyarankan kepada masyarakat yang memiliki investasi agar terus memantau portofolionya dan mengutamakan ketersediaan uang cash selama masa pandemi COVID-19 berlangsung.
“Kita harus utamakan ketersediaan cash dulu karena kalau ternyata cash kita enggak cukup jadi pikiran kita berikutnya adalah apakah investasi ini perlu di cash out kan untuk memenuhi kebutuhan primer,” ujarnya.
Menurutnya, dalam masa pandemi COVID-19 ini jenis investasi yang aman untuk masyarakat adalah obligasi pemerintah dan deposito bank.
“Dari data makroekonomi harusnya kita percaya negara masih mempunyai kemampuan untuk membayar. Rasio utang kita terhadap PDB dalam koridor cukup aman kalau dibandingkan saat 1998,” katanya.
Baca juga: Gojek perluas kerja sama pelatihan keuangan khusus mitra dengan Jouska
Baca juga: KPAI: Pendapatan orang tua semasa wabah COVID-19 titik rentan anak
Baca juga: Pentingnya perencanaan keuangan bagi pekerja milenial
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020