Ruangan kantor PT Rajawali Cipta Selaras salah satu perusahaan biro perjalanan wisata di Padang terlihat sepi sejak pekan dua Maret 2020.Hari ini tidak ada lagi cerita keren kerenan, apalagi gaya, gayaan dan saatnya menyimpan baju rapi dan putar otak agar tetap ada penghasilan
Beberapa bus pariwisata tampak terparkir di halaman samping kantor dan dua unit mini bus juga terlihat di depan.
Lazimnya setiap bulan minimal ada tiga grup perjalanan wisata dari Padang ke Malaysia dan sebaliknya yang mereka layani.
Selain itu PT Rajawali Cipta Selaras juga melayani jasa sewa kendaraan mulai dari mini bus.
Terakhir mereka ikut andil menyediakan kendaraan bagi para wali kota yang mengikuti rapat kerja wilayah I Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) di Pariaman pada 18 Maret 2020.
Memasuki pekan ketiga Maret 2020 mulai terjadi pembatalan grup tour perjalanan wisata karena wabah Corona Virus Disease (COVID-19) kian merebak.
Tak hanya itu di pekan keempat Maret karena kondisi kian memburuk Agung Pambudi selaku Direktur Utama memutuskan seluruh karyawannya bekerja dari rumah.
Dua hari berselang Gubernur Sumbar Irwan Prayitno pun mengeluarkan kebijakan pelarangan operasional bus pariwisata.
Sejumlah kegiatan besar di Sumbar yang sebelumnya panitia sudah memesan kendaraan juga batal mulai dari peringatan Hari Keluarga Nasional, kejuaraan gulat internasional dan lainnya akibat mewabahnya COVID-19.
"Dua orang karyawan, delapan sopir pun dirumahkan, tapi gaji tetap dibayarkan," kata Agung.
Ia yang biasanya sibuk melayani tamu mulai dari wisatawan hingga pejabat negara kini tak bisa berbuat banyak karena usaha perjalanan wisata merupakan salah satu yang terimbas.
Akhirnya sejak awal April 2020 Agung memutuskan untuk jualan beras berawal saat ia membelikan beras untuk karyawan dan bertanya lebih lanjut soal jual beli beras.
"Hari ini tidak ada lagi cerita keren kerenan, apalagi gaya, gayaan dan saatnya menyimpan baju rapi dan putar otak agar tetap ada penghasilan," kata dia.
Ia berprinsip kalau ekonomi mau tetap berjalan maka kalau ada modal harus terus diputar.
"Uang tidak boleh disimpan karena kita tidak pernah tahu sampai kapan wabah ini berakhir, kalau diputar tetap akan ada uang masuk," ujarnya.
Beruntung sejak merintis usaha ia telah menyisihkan tabungan untuk enam bulan gaji karyawan sebagai cadangan jika sewaktu-waktu kondisi sulit yang digunakan sebagai modal berjualan beras.
Agung bersama tim memilih berjualan beras karena merupakan kebutuhan pokok yang permintaannya tinggi dan dibutuhkan semua orang.
Ia pun mengambil langsung beras ke huler sehingga bisa menjual dengan harga yang lebih murah karena tidak butuh gudang dan kendaraan sehingga bisa memangkas harga.
Untuk pemasaran ia pun menggunakan jaringan yang telah dimiliki selama ini dengan menawarkan melalui media sosial berupa whatsap dan facebook yang kemudian diantar langsung ke pembeli.
"Jika pada awalnya hanya mematok bisa menjual dua ton beras per pekan di luar dugaan peminatnya membludak," ujarnya.
Dengan melibatkan semua karyawan setiap pagi ia arahkan dan tidak canggung turun ke lapangan karena saat ini pembeli juga banyak dalam jumlah besar.
Biasanya yang beli banyak untuk donasi juga, jadi saya jual dengan harga lebih murah agar bisa ikut beramal, katanya.
Ia sebelumnya tidak pernah membayangkan berjualan beras dan ternyata corona ada sisi positif juga.
Lain lagi kisah Basuki pemilik usaha Zahara Digital yang sebelumnya fokus bergerak di digital marketing dan properti.
Karena banyak pihak yang menahan diri untuk berbelanja properti dan pasar digital marketing mengalami penurunan ia pun memilih berjualan Alat Pelindung Diri.
"Saya melihat kebutuhan APD tinggi mulai dari baju hazmat, masker, hand sanitizer dan lainnya, akhirnya coba dan responnya bagus," kata Basuki.
Ia mulai fokus menjual APD sejak awal April 2020 dan saat ini permintaan cukup banyak terutama dari orang yang hendak berdonasi.
Untuk produsen Basuki mengandalkan perajin dari Jakarta, Bogor hingga Bandung dan untuk pemasaran ia mengandalkan whatsap dan telegram.
"Saat ini saya punya 450 grup whatsap yang dijadikan tempat promosi dan saat ini terus mengalami peningkatan omset," ujarnya.
Ia menyentil sejumlah orang di tengah pandemi ini yang mengeluh karena pendapatan berkurang.
Kalau saya berprinsip hilangkan rasa malu untuk berjualan karena harus tetap hidup, katanya.
Ia berpesan apa pun yang terjadi jangan menyalahkan situasi dan yang harus dilakukan adalah mengambil peluang dan kesempatan ketimbang hanya meratapi nasib dan keadaan.
Demikian juga halnya dengan Emi Arlin seorang perancang busana di Padang yang saban hari menerima banyak pesanan pakaian mulai dari kebaya, gaun hingga baju lebaran.
Sejak pandemi corona mewabah ia melayani pembuatan APD berupa baju hazmat memenuhi kebutuhan Dinas Kesehatan Kota Padang.
Dengan mempekerjakan hingga 70 orang karyawan ia mampu memproduksi hingga 100 baju hazmat per hari yang saat ini dibutuhkan para medis.
Bahkan ada lima pekerja yang direkrut sebelumnya mengalami pemutusan hubungan kerja akibat wabah corona.
Tidak hanya itu ada juga istri yang suaminya baru saja diPHK dan akhirnya saat ini mengerjakan APD pesanannya.
"Saat hasil jahitannya selesai dan diberikan gaji ada ibu-ibu yang menangis karena tidak membayangkan bisa mendapatkan uang dalam kondisi ekonomi sulit saat ini," ujarnya.
Ia senang lewat usaha pembuatan APD tersebut bisa memberi manfaat bagi banyak orang mulai dari tenaga medis, hingga masyarakat yang terbantu karena memiliki penghasilan.
Kolaborasi
Komite Ekonomi Kreatif Kota Padang menyarankan pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di kota itu memperbanyak kolaborasi di tengah pandemi Corona Virus Disease (COVID-19) dalam rangka meningkatkan penjualan.
"Saat sulit di masa pandemi ini pelaku UKM harus melakukan adaptasi usaha agar tetap bertahan, namun yang lebih penting dari pada itu adalah berkolaborasi dengan pelaku usaha lainnya," kata Ketua Komite Ekonomi Kreatif Kota Padang Donard Games Phd.
Menurutnya sektor UKM yang benar-benar terdampak saat pandemi ini adalah yang berbasis kebutuhan dasar berada di perkampungan yang berusaha untuk memenuhi makan sehari-hari dari usahanya.
Kemudian sektor UKM berbasis peluang dan inovasi yang tentunya lebih mudah melakukan adaptasi saat ini.
Ia melihat selama ini kemauan dan kemampuan pelaku UKM untuk berkolaborasi agak kurang dan pada saat pandemi ini harus diperkuat.
Donard memberi contoh kolaborasi yang dapat dilakukan seperti melakukan pemasaran bersama, membuat toko online bersama, produk bersama dan lainya.
Jadi tidak hanya sebatas memenuhi permintaan konsumen sendiri-sendiri, kata dia.
Pada sisi lain ia melihat salah satu adaptasi yang perlu dilakukan pelaku UKM adalah beradaptasi dari penjualan langsung menjadi daring.
"Jika dulu ada yang menggabungkan keduanya maka saat ini penjualan secara daring menjadi salah satu yang efektif dalam memasarkan produk," kata dia.
Akan tetapi ia melihat selama ini pelaku UKM kurang berinvestasi pada aspek teknologi sehingga saat kondisi seperti ini penjualan menjadi lesu karena belum terbiasa.
Kita agak terlena dengan situasi yang sebelum, akhirnya saat pandemi ini banyak yang kesulitan apalagi wabah ini tidak pernah diperkirakan sebelumnya akan terjadi yang mengharuskan orang lebih banyak di rumah, kata dia.
Oleh sebab itu kolaborasi, adaptasi dengan situasi baru dan pemanfaatan teknologi adalah kata kunci agar pelaku UKM bisa bertahan di tengah pandemi ini.
Baca juga: Bukit Asam berdayakan UMKM produksikan puluhan ribu masker kain
Baca juga: Cerita Kartini tersulam rapi bertahan dalam pandemi
Baca juga: UMKM di Surabaya produksi ribuan masker dan APD setiap hari
Pewarta: Ikhwan Wahyudi
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2020