Sutradara berfokus pada ekspresi detil para tokoh, pencahayaan dengan warna merah yang kuat dan musik yang membuat adegan demi adegan mencekam.
"Sejak awal, saya ingin merancang Korea seperti neraka, di mana generasi muda berjuang hanya untuk bertahan hidup, merindukan uang dan ingin melarikan diri dari kenyataan," kata dia seperti dilansir Yonhap, Selasa.
"Tapi bertahan dan melarikan diri bukanlah semua hal yang harus mereka lakukan. Mereka harus berjuang melawan sesuatu," sambung Sung-hyun.
"Time to Hunt" berkisah tentang empat sahabat yang berencana melarikan diri dari kota yang hancur. Tetapi hidup mereka terancam karena mereka menjadi target pengejaran orang yang tidak diketahui identitasnya.
Film ini menjadi sorotan media Korea Selatan karena menjadi ajang reuni aktor utama film Sung-hyun sebelumnya, yakni "Bleak Night" (2011), yang mempertemukan Lee Je-hoon dan Park Jung-min, dan bintang film "Parasite", Choi Woo-shik .
Sung-hyuk membutuhkan waktu sembilan tahun untuk menampilkan film keduanya itu ke hadapan publik, ditambah dua bulan lagi karena pandemi COVID-19.
Akhirnya pada 23 April ini, "Time to Hunt" dirilis di 190 negara dengan subtitel 29 bahasa, namun melalui platform Netflix bukannya layar lebar, menjadikannya film komersial Korea Selatan pertama yang langsung menuju platform streaming A.S. tanpa pertunjukan di layar lebar.
Baca juga: Cuplikan "Peninsula", sekuel kedua film "Train to Busan"
Baca juga: Nonton film Korea dan Jepang gratis lewat laman ini
Baca juga: Seo Ji Hye dan Kim Jung Hyun lanjutkan kisah cinta di drama baru
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2020